![]() |
Foto Ilustrasi |
MEDAN (Kliik.id) - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengonfirmasi penularan virus Corona B.1.1.7 di Indonesia. Satu kasus mutasi virus Corona B.1.1.7 yang ditemukan berada di Medan, Sumatera Utara.
Kabar terbaru, ditemukan dua kasus yang dibawa WNI saat kembali dari Arab Saudi.
Budi Gunadi melaporkan, ada penambahan 4 kasus yang tersebar di empat provinsi, yakni Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan.
"Di Palembang, Sumatera Selatan, pada 11 Januari 2021, Kalimantan Selatan 6 Januari, Balikpapan Kalimantan Timur dari 12 Februari dan ada yang keempat itu di Medan Sumatera Utara pada 28 Januari," kata Budi dalam Konferensi pers Perpanjangan PPKM Mikro secara virtual, Senin (8/3/2021).
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan, empat pasien yang terpapar mutasi virus corona B.1.1.7 sempat mengalami gejala ringan dan sedang.
"Meski sempat dirujuk ke rumah sakit, namun kondisi empat pasien Covid-19 tersebut tidak memburuk," katanya.
Menurut Nadia, empat pasien tersebut sudah dinyatakan sembuh dari Covid-19.
"Hasil pemeriksaan pelacakan kasus yang kita lakukan, keempat kasus ini sudah dalam kondisi sehat," kata Nadia dalam konferensi pers secara virtual, Senin.
Nadia mengatakan, untuk memutus penularan virus corona B.1.1.7, pihaknya telah melakukan pelacakan kontak erat terhadap empat kasus Covid-19 tersebut.
Hasilnya, tidak ada individu lain yang terpapar Covid-19.
"Sampai saat ini dari proses pelacakan kasus yang kita lakukan, tidak ada keluarga ataupun kontak erat yang kemudian positif, setelah kasus ini dinyatakan positif sebelumnya," ujar Nadia.
Nadia mengatakan, masyarakat perlu mengetahui bahwa mutasi virus corona B.1.1.7 ini lebih menular dari varian virus corona yang ada sebelumnya.
Namun, kata dia, mutasi virus ini tidak lebih mematikan.
Untuk itu, ia meminta masyarakat tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan 3M yaitu memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan menjaga jarak aman.
"Karena dari 2 kasus Covid-19, saat ini sudah bertambah lagi menjadi 4 kasus yang kita temukan, kita imbau masyarakat tetap disiplin protokol kesehatan," tuturnya.
Menurut Nadia, hingga saat ini belum ada bukti ilmiah yang menyebut vaksin Covid-19 tak mampu melindungi manusia dari mutasi virus corona B.1.1.7.
"Vaksin yang digunakan dalam upaya melakukan penanggulangan pandemi Covid-19 masih sangat efektif dan tentunya tidak akan berpengaruh terhadap adanya mutasi virus Covid-19 atau B.1.1.7 ini," pungkasnya.
Rincian Mutasi Virus Corona
Laporan dari pihak terkait, ada tiga perincian mengenai mutasi virus corona yang ditemukan di dunia, yakni:
1. Mutasi Virus Corona D614G
Mutasi virus corona jenis baru yang ditemukan adalah D-614-G. D-614-G diyakini sebagai hasil mutasi pertama dan yang paling berhasil dari generasi pertama virus Wuhan yang mulai berjangkit Desember 2019 di China.
Varian D-614-G ini menjadi paling dominan secara global sejak Juni 2020. Per September 2020, dari 92.000 isolat yang dihimpun Lembaga Riset GISAID di Jerman dari seluruh penjuru dunia, sebanyak 77,5% mengandung genom (material genetik) yang disebut D-614-G.
Dari 24 isolat asal Indonesia yang dikirim ke GISAID, sembilan di antaranya mengandung genome D-614-G. Di bawah mikroskop tampak virus pembawa genom D-614-G akan terlihat memiliki “spike”, semacam duri tebal dari protein, yang bisa membuatnya lebih mudah menempel pada sel inang.
Daya infeksinya meningkat, meski tidak terbukti meningkatkan keparahan penyakit atau angka kematian.
Yang kini menonjol ialah varian UK dengan genome khas B-117 dan varian Afrika Selatan dengan genome barunya N-501-Y. Keduanya dianggap memiliki daya tular yang lebih kuat.
2. Mutasi virus corona di Inggris (B.1.1.7)
Mutasi virus corona juga ditemukan di Inggris dengan kode genomik B.1.1.7. Varian ini adalah hasil mutasi dari varian yang sebelumnya yakni D-614-G, yang diperkirakan mulai muncul pada awal Februari 2020.
Dilaporkan, dalam tempo kurang tiga bulan, mutasi virus corona baru ini telah mendominasi kasus infeksi Covid-19 di Inggris.
Pada November, misalnya, lebih dari 60% pasien Covid-19 di Inggris bagian Selatan terpapar oleh varian B.1.1.7.
Otoritas Kesehatan Inggris melansir keterangan resmi, varian baru itu 70% lebih menular ketimbang varian sebelumnya. Namun berita baiknya, mutan ini tidak lebih ganas.
Hal itu ditandai dengan fakta mortality rate atau persentase kematian dari pasien Covid-19 relatif tak berubah. Rata-rata durasi perawatan pasien Covid-19 kategori berat juga tetap 28 hari, tak berubah.
3. Mutasi virus corona di Afrika Selatan
Untuk mutan Afrika Selatan, sang pemilik genom baru 501.V2, baru akan disebut varian baru bila terdapat bukti ilmiah atas sederet persyaratan.
Dikutip dari Kompas.com, Profesor mikrobiologi seluler di University of Reading, Simon Clarke mengatakan, mutasi virus yang ditemukan di Afrika Selatan memiliki sejumlah mutasi pada protein spike virus.
Diduga perubahan mutasi pada protein spike inilah yang kemungkinan membuat virus menjadi kurang mempan terhadap respons kekebalan yang dipicu oleh vaksin.
Lawrence Young, ahli virologi dan profesor onkologi molekuler di Warwick University, juga mencatat, varian virus Afrika Selatan memiliki mutasi ganda protein spike.
(Tribun/Rls)