![]() |
Tanggul penahan banjir yang dibangun BPBD Tebingtinggi senilai hampir Rp 1 miliar disoal oleh warga masyarakat, Senin (29/3/2021). |
TEBINGTINGGI (Kliik.id) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tebingtinggi membangun tembok penahan air/tanggul di pesisir Sungai Padang, yang berlokasi di kawasan Kampung Semut, Kelurahan Bandar Utama, Kecamatan Tebingtinggi Kota, Kota Tebingtinggi.
Proyek tersebut pun disoal oleh warga setempat. Warga menilai proyek yang dikerjakan CV Kali Jeruk senilai Rp 981 juta lebih ini bakal berakhir sia-sia. Sebab tanggul tak efektif menahan air, karena air luapan sungai selama ini masuk dari sejumlah pintu air.
"Pintu air yang bermasalah, kok tembok penahan yang ditinggikan. Selama ini kan, pintu air yang jadi celah air masuk. Harusnya pintu air yang perlu diperbaiki," ujar warga setempat Udin, Senin (29/3/2021).
Menurut Udin, proyek penambahan tembok penahan air dirasa kurang tepat untuk warga masyarakat. Sebab, aktivitas warga sendiri terganggu karena adanya tembok penahan air yang dibangun BPBD.
Warga sekitar merasa kesulitan lantaran bangunan ini mengganggu aktivitas warga dengan sungai. Seperti biasanya, warga di bibir sungai memanfaatkan sungai untuk berbagai aktivitas seperti mandi, mencuci dan kegiatan hiburan.
Untuk itu, kata Udin, alangkah baiknya BPBD dan pekerja proyek bisa berkomunikasi dan mendengar apa yang dibutuhkan masyarakat, khususnya kepala lingkungan setempat. Bukan sekadar asal bangun.
"Harusnya BPBD mendengar kebutuhan warga. Apa yang dibutuhkan. Karena biasanya aktivitas masyarakat terjadi di pinggir sungai. Bagaimana biar di pinggir sungai juga bisa bermanfaat untuk ekonomi masyarakat," jelasnya.
Terkait tanggul ini, Kepala BPBD Tebingtinggi Wahid Sitorus melalui Kasi Rehabilitasi dan Perencanaan M Hatta, mengatakan pihaknya sudah bersosialisasi dengan warga setempat.
Rencana penambahan tembok penahan banjir pun diklaim Hatta sudah diketahui warga masyarakat.
"Kita sudah komunikasi dengan warga pada 1 Maret 2021 di Gedung Serbaguna Lingkungan 1. Mereka minta; pertama, tembok jangan terlalu tinggi. Kedua, minta dibangunkan tangga dan ketiga, pintu air akan diperbaiki. Kami bilang proyek ini akan including perbaikan pintu air," kata Hatta saat dikonfirmasi di Kantor BPBD Tebingtinggi.
Hatta menjelaskan nantinya enam pintu air yang ada di wilayah Kampung Semut akan dipasang alat yang bersistem otomatis. Sehingga mampu mendeteksi ketinggian air. Semua proyek ini, lanjut Hatta, sudah melalui kajian yang mendalam.
"Kami lihat air masuk di tembok-tembok penahan yang ada. Ada sosialisasi kemarin bahwa BPBD akan menambah tinggi dinding penahan. Kalau kita lihat daratan banyak di pinggir sungai (sedimentasi) di kampung semut. Makanya kita tambah dinding penahan," ungkapnya.
Hatta mengatakan tinggi tembok penahan yang dibangun disesuaikan dengan kontur tanah dan ketinggian air yang menggenang terakhir kali di rumah warga, yaitu peristiwa banjir akhir November 2020 lalu.
"Panjangnya 400 meter. Tembok akan menahan air yang meluap, jadi misal tinggi air 1,2 meter kita sesuaikan tanggul jadi 1,3 meter. Kita lakukan timbang air berdasar bekas banjir di rumah-rumah itu," tambahnya.
Hatta menjamin proyek yang dibuat ini efektif menahan banjir yang menghantui warga Kampung Semut setiap musim penghujan. Ia meyakini nilai proyek sesuai taksiran harga satuan yang ditetapkan.
Tak hanya itu, Hatta juga berjanji siap dituntut warga di kemudian hari bila apa yang dilakukan BPBD Tebingtinggi berbeda dengan kenyataannya.
"Udah ada analisa satuan bangunan. Jadi taksiran nilai itu sudah akurat. Tinggi variasi berdasar kontur. Kalau ada apa-apa (banjir) tuntut kami," pungkasnya. (Rls)