Notification

×

Usia yang Diklaim Paling 'Kebal' COVID-19 Menurut Studi

Selasa, 23 Maret 2021 | 21:38 WIB Last Updated 2021-03-23T15:42:06Z
Ilustrasi antibodi Corona. (Foto: DW (SoftNews)
JAKARTA (Kliik.id) - Sebuah studi terbaru menunjukkan anak-anak berusia 10 tahun ke bawah memiliki respons antibodi lebih banyak saat terinfeksi virus Corona, dibandingkan remaja dan orang dewasa.

Dikutip dari AFP, studi ini dilakukan oleh para penliti dari Well Cornell Medicine, Amerika Sekat. Mereka mengatakan, temuannya ini dapat membantu menjelaskan mengapa umumnya anak-anak tidak serentan orang dewasa ketika terkena COVID-19.

"Temuan kami menunjukkan bahwa ada perbedaan dalam manifestasi COVID-19 pada pasien anak-anak dan pasien dewasa, yang mungkin sebagian disebabkan oleh respons kekebalan terkait usia," ucap peneliti.

Dalam studi tersebut, para peneliti memeriksa hampir 32.000 tes antibodi dari New York City, antara April-Agustus 2020. Selain itu, mereka juga meneliti 85 anak dan 3.648 orang dewasa yang dinyatakan positif COVID-19, untuk diukur tingkat antibodinya. 

Diketahui, sebanyak 32 anak (berusia 1-10 tahun) menunjukkan tingkat antibodi lima kali lebih besar dibandingkan 127 orang dewasa muda (berusia 19-24 tahun).

Kemudian, para peneliti memeriksa 126 pasien COVID-19 (berusia 1-24 tahun), yang tak pernah mengalami gejala parah akibat infeksi Corona, untuk lebih mengetahui respons antibodinya.

Dalam kelompok terakhir ini, anak-anak berusia (1-10 tahun) rata-rata memiliki antibodi dua kali lebih banyak dibanding remaja (berusia 11-18 tahun), yang juga memiliki lebih dari dua kali lipat tingkat antibodinya dari rata-rata orang dewasa muda (berusia 19-24 tahun).

Namun, terdapat teori lain yang mengatakan bahwa anak-anak memiliki lebih sedikit reseptor sel di saluran pernapasan mereka, yang disebut 'ACE2'. Ini yang digunakan virus Corona untuk masuk ke sel tubuh manusia.

Sementara itu, terdapat hasil yang bertentangan dari studi ini, yakni tingkat antibodi terendah terjadi pada orang dewasa muda. Kemudian antibodi itu meningkat lagi seiring bertambahnya usia, terlepas dari kenyataan bahwa kita tahu orang tua lebih rentan.

Para penulis pun mengaku bahwa mereka tak dapat sepenuhnya menjelaskan temuan ini. Namun, penyakit penyerta bisa menjadi alasan mengapa kematian dan rawat inap akibat COVID-19 sangat tinggi di kelompok usia tua. (Dtk)
×
Berita Terbaru Update