Notification

×

Iklan

Kisah Soekarno-Hatta Tolak Mentah-mentah Rayuan Israel Minta Pengakuan Kemerdekaan

Selasa, 18 Mei 2021 | 07:33 WIB Last Updated 2021-05-18T02:48:23Z
Presiden Soekarno membacakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 (MUSEUM PERUMUSAN NASKAH PROKLAMASI)
JAKARTA (Kliik.id) - Sejak era pemerintahan Soekarno, Indonesia ternyata terus-menerus dirayu oleh Israel untuk menjalin hubungan diplomatik. Tapi rayuan tersebut tak mempan karena Soekarno tegas menolak.

Seperti yang diketahui, Israel saat ini tengah menjadi perhatian dunia. Hal itu tak terlepas dari konflik dengan Palestina yang kembali memanas. Serangan-serangan kembali diluncurkan Israel ke Palestina sejak bulan Ramadan hingga kini.

Simpati terus mengalir dari Indonesia dan negara-negara lain untuk warga Palestina. Warga dunia juga ramai-ramai mengecam tindakan Israel, termasuk Indonesia.

Presiden Republik Indonesia Joko Widodo baru-baru ini mengeluarkan pernyataan tersebut lewat Twitter.

"Indonesia mengutuk keras serangan Israel yang menelan ratusan korban jiwa, termasuk wanita dan anak-anak. Agresi Israel harus dihentikan," tulisnya dalam bahasa Inggris seperti dikutip dari Twitter @jokowi, Sabtu (15/5/2021).

Indonesia strongly condemns Israeli’s attacks which has resulted in the loss of lives of hundreds, including women and children. Israel aggression must be put to a stop.— Joko Widodo (@jokowi) May 15, 2021.

Kecaman Indonesia terhadap Israel rupanya telah mendarah-daging sejak era pemerintahan Soekarno.

Ya, sejak Indonesia merdeka, Israel telah mencari celah agar bisa menjalin hubungan diplomatik. Tetapi rayuan itu tak mempan. Presiden Pertama RI Soekarno dengan tegas menolak rayuan Israel.

Dilansir dari Intisari Online, Israel sendiri kala itu merayu Indonesia dengan memberikan pengakuan kemerdekaan.

Atas anjuran dari Dewan Liga Arab pada 18 November 1946, selain negara-negara muslim, Israel memberi pengakuan kedaulatan Indonesia. Hal itu dilakukan Israel dengan harapan Indonesia akan melakukan hal yang sama.

Tak cukup sampai di situ, saat Belanda mengakui kedaulatan Indonesia pada 1949, Israel kembali bermulut manis.

Perdana Menteri David Ben Gurion yang menjabat kala itu mengirimkan telegram kepada Presiden Soekarno berisi ucapan selamat.

Selain itu, pada 1950, Menteri Luar Negeri Moshe Sharett mengirim telegram ke Hatta. Tujuannya? Masih sama, yakni memberi pengakuan penuh kepada Indonesia. Tapi, lagi-lagi Indonesia teguh pada pendiriannya.

Dalam 'Indonesia And Israel: A Relationship In Waiting' yang dimuat Jewish Political Studies Review, Maret 2005, Hatta menanggapi perbuatan Israel dengan ucapan terima kasih.

Ia sama sekali tak memberikan pengakuan diplomatik. Hatta lagi-lagi menolak secara halus saat Israel berencana untuk mengirim misi muhibah pada Indonesia.

Bahkan, saat konferensi negara-negara Asia dan Afrika, Indonesia dan Pakistan kompak menolak partispasi Israel.

Bukannya tanpa alasan, sikap tersebut mencerminkan pidato Soekarno pada 1962 silam yang berbunyi: "Selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa Indonesia berdiri menantang penjajahan Israel."

Berikut ini 6 aksi tegas Soekarno menolak segala bentuk hubungan dengan Israel yang dilansir dari Tribun-Medan.com:

Konflik Palestina-Israel telah terjadi selama bertahun-tahun masih berlangsung sampai saat ini dan sepertinya belum ada tanda-tanda akan berakhir. Dukungan kepada Palestina terus mengalir, tapi sayang hal tersebut juga belum benar-benar bisa mengakhiri konflik di sana. Apalagi Israel juga mulai diakui beberapa negara dan punya banyak dukungan.

Indonesia termasuk negara yang mendukung kemerdekaan Palestina sejak zaman pemerintah Soekarno. Bahkan dengan tegas ia menolak segala bentuk hubungan dengan Israel. Presiden Soekarno nggak pernah mau mengakui berdirinya Israel pada tahun 14 Mei 1948 yang telah merampas tanah rakyat Palestina.

1. Tidak memperdulikan ucapan selamat kemerdekaan dari Israel

Indonesia benar-benar mendapatkan kedaulatannya secara penuh pada tahun 1949. Negara-negara lain di dunia kemudian dengan segera mengakui kemerdekaan negara kita, bahkan termasuk Israel.

Menteri Luar Negeri Israel saat itu, Moshe Sharett mengirimkan telegram yang berisi tentang pengakuan penuh Israel atas Indonesia.

Mohammad Hatta hanya menanggapi dengan ucapan terima kasih tanpa menawarkan hubungan diplomatik. Soekarno sendiri malah nggak menanggapi telegram dari Israel tersebut.

Merasa nggak diperdulikan, Sherett lalu terus terang berniat menjalin hubungan dengan Indonesia. Tapi Mohammad Hatta kemudian malah menyarankan agar misi tersebut ditunda sampai waktu yang nggak ditentukan.

2. Soekarno nggak mengundang Israel dalam KAA

Konferensi Asia Afria alias KAA diprakarsai oleh presiden Soekarno. Penyelenggaraan pertamanya dilaksanakan di Indonesia dengan mengundang berbagai negara di Asia dan Afrika.

Beberapa negara seperti Burma (Myanmar), India, dan Srilanka berpendapat agar Israel juga diikutsertakan. Karena sejak awal emang nggak mendukung Israel, maka Indonesia jelas menolak saran tersebut.

Apalagi kehadirannya juga pasti akan menyinggung bangsa-bangsa Arab yang masih berjuang memerdekakan diri karena Israel merupakan bentuk penjajah di Palestina.

Akhirnya saat KAA digelar April 1955 lalu, Israel nggak ikut berpartisipasi.

3. Bagi Soekarno, Palestina lebih penting daripada Indonesia lolos Piala Dunia

Tahu nggak sih kamu kalau Indonesia itu sebenarnya sudah pernah hampir lolos ke Piala Dunia, lho.

Tahun 1957, tim nasional Indonesia sebenarnya sudah lolos pertandingan tingkat Asia dan hanya perlu bertanding lawan Israel untuk bisa lolos ke Piala Dunia 1958 di Swedia.

Soekarno ternyata melarang pertandingan tersebut. Karena bertanding dengan Israel sama saja artinya dengan mengakui negara tersebut.

Akhirnya tim nasional nggak berangkat dan melepaskan kesempatan untuk lolos ke Piala Dunia demi mendukung Palestina dan menentang penjajahan Israel.

4. Nggak memberikan visa untuk atlet kontingen Israel dan Taiwan

Ketika Indonesia jadi tuan rumah Asian Games IV tahun 1962, Indonesia nggak memberikan visa kepada perwakilan Israel dan Taiwan.

Alasan resminya karena negara kita nggak punya hubungan diplomatik dengan dua negara tersebut.

Meski begitu, alasan sebenarnya masih berhubungan dengan politik antiimperialisme. 

Pada waktu itu, negara-negara Arab masih berjuang melawan Israel, dan Tiongkok dikucilkan dunia gara-gara bangsa barat cuma mengakui Taiwan sebagai pemerintahan yang sah.

Bagi Soekarno, ini adalah bentuk penindasan negara-negara lama.

5. Soekarno memerintahkan Indonesia keluar dari Komite Olimpiade Internasional

Keputusan nggak memberikan visa ini jelas membuat Komite Olimpiade Internasional (IOC) berang. Mereka akhirnya menskors keanggotaan Indonesia tanpa batas waktu.

Bukan Soekarno namanya kalau ia bakal nurut begitu saja dengan keputusan IOC ini. Soekarno akhirnya malah memerintahkan Komite Olimpiade Indonesia untuk sekalian saja keluar dari IOC.

Sebagai tandingan, ia membentuk Ganefo atau pesta olahraganya negara-negara berkembang. Hal ini dilakukannya sebagai tanda kebesaran bangsa yang nggak bergantung dengan kekuatan dunia.

6. Pidato antiimperialisme dan anti Israel yang mempengaruhi Indonesia

Soekarno teguh mempertahankan pendiriannya bahkan sampai kekuasaannya berakhir.

Dalam pidato ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang ke-21, Soekarno mengungkapkan bagaimana Indonesia harus bangga sebagai bangsa yang konsekuen, berjiwa kemerdekaan, antiimperialisme, serta secara aktif nggak mengakui Israel.

Pada tahun 1962, ia juga pernah dengan tegas mengungkapkan, "Selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa Indonesia berdiri menantang penjajahan Israel,".

(Tri/Rls)
×
Berita Terbaru Update