Notification

×

Tawarkan Vaksin Nusantara, Terawan: RI Tak Mau Duluan Akhiri COVID-19?

Rabu, 16 Juni 2021 | 14:19 WIB Last Updated 2021-06-16T09:03:13Z
Terawan Agus Putranto (detikcom)
JAKARTA (Kliik.id) - Eks Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto merasa vaksin Nusantara berbasis dendritik yang dia prakarsai tak memiliki persoalan. Ia mengaku uji klinis vaksin Nusantara mengikuti kaidah baru pembuatan vaksin dendritik lantaran belum pernah ada yang membuatnya untuk mengatasi COVID-19.

"Saya bingung, apa titik persoalannya. Buat kami sebagai peneliti itu merasa ndak ada persoalan. Kaidah yang kami gunakan adalah kaidah yang baru. Karena apa? Dendritic cell vaccine ini belum ada yang pernah mengerjakan untuk COVID-19," jelasnya dalam rapat bersama Komisi VII DPR RI, Rabu (16/6/2021).

"Jadi tentunya harus menggunakan kaidah-kaidah yang baru yang beda, karena disuntikkan ke badan kita ya, dendritik sel kita sendiri, bukan dari orang lain, tentunya titik temu persoalan-persoalan itu tergantung duduk bersama," sambungnya.

Menyoal apakah vaksin Nusantara buatan Amerika atau Indonesia, Terawan menyinggung hal tersebut hanya berdasarkan persepsi saja. Ia, yang sempat menjabarkan cara pembuatan vaksin dendritik di depan Komisi VII DPR RI, menegaskan para peneliti memahami betul cara pembuatannya sehingga publik bebas menilai apakah vaksin benar buatan anak bangsa atau produksi Amerika.

"Dan bisa juga karena ada teman ini merupakan jalinan riset bersama ya ada juga teman Amerika, ada juga teman Indonesia. Nah, itu mau disebut bagaimana, terserah dari jalan berpikirnya," kata dia.

"Yang paling penting kami percaya bahwa semua punya good way, punya keinginan yang baik, dan saya percaya, kalau kita bersama-sama, duduk bersama, kita mampu menyelesaikan pandemi ini dengan benar," jelasnya.

Tak hanya itu, Terawan mengklaim vaksin Nusantara bak kunci untuk mengakhiri pandemi COVID-19. Ia mengaku hal ini berdasarkan hipotesis di dunia yang mengatakan vaksin berbasis dendritik erat kaitannya dengan the beginning of the end.

"Memang di literatur-literatur paling lama dari kejadian SARS dulu di China, Beijing, dan sebagainya, sel T-nya itu masih ada sampai 6 tahun dan itulah yang riset-riset di dunia mengemukakan muncullah hipotesis di mana dendritic cell vaccine ini dianggap sebagai the beginning of the end, yang memulai untuk mengakhiri cancer maupun COVID-19," bebernya.

"Kebetulan kita membangunnya, apakah tidak boleh kita memulai duluan? Iya, saya serahkan jawaban ke semua orang, apakah Indonesia tidak boleh memulai duluan? Saya tidak tahu untuk jawaban itu," katanya lagi.

Terawan mengatakan salah satu cara menuntaskan wabah COVID-19 adalah tercapainya herd immunity. Sementara itu, vaksin Nusantara disebutnya dalam uji klinis tahap awal terbukti membentuk imunitas tubuh yang bertahan hingga tiga bulan, dan akan diuji lebih lanjut untuk melihat apakah selama enam bulan imunitasnya tetap tinggi. (Detik)
×
Berita Terbaru Update