Notification

×

Erros Djarot Terpapar Corona, Sebut Tertular dari Uang Kertas

Minggu, 25 Juli 2021 | 19:38 WIB Last Updated 2021-07-25T12:38:42Z
Erros Djarot (foto: detikcom)
JAKARTA (Kliik.id) - Seniman dan politikus Erros Djarot mengaku tertular COVID-19 dari uang kertas. Dia terpapar COVID-19 sejak 17 hari yang lalu dengan tidak bergejala seperti batuk, pusing dan disertai sesak nafas.

"Saya tidak pernah keluar rumah, tidak ada bertemu orang selain orang di rumah. Benar-benar saya kena karena sentuh uang kertas," kata Erros saat dihubungi Sabtu (24/7/2021) kemarin.

Karena lonjakan kasus tengah meningkat, Erros sempat memutuskan tinggal di villa pribadi, tepatnya di daerah Gadog, Puncak, Jawa Barat. Namun, siapa sangka justru di pengungsian itulah dia terpapar.

Padahal, menurut sutradara film "Tjoet Nya Dhien" itu, ia dan keluarga hanya mengurung diri selama di puncak. Saat melakukan tes antigen, dia dinyatakan positif COVID-19 oleh dokter terkait.

"Lha, hasil tes ternyata saya positif. Istri juga," cerita suami Dewi Triyadi Surianegara.

Karena penasaran, Erros mencoba tracing sendiri. Dia pun kembali mengingat kejadian seminggu atau sepuluh hari terakhir. Ia menduga, sumber penularan berasal dari kontak dengan uang kertas. Hanya itulah satu-satunya jejak Erros.

"Saya pernah suruh pembantu pergi belanja. Beli apa gitu. Mungkin di uang kembalian itu menempel virus," duga Erros.

Awalnya, dia sempat heran dengan hasil swab antigen yang menyatakan dirinya positif COVID-19. Pasalnya, dia tidak mengalami gejala apapun selain tidak enak badan selama lima hari.

"Ini juga asli, saya hampir tidak merasakan apa-apa. Sebelumnya pun begitu. Makanya, heran juga hasil swab antigen mendeteksi saya positif," kata dia pria yang menginjak usia 71 tahun itu.

Namun, selama terpapar COVID-19, dia berusaha untuk tenang. Dia mengaku fokus mendekatkan diri kepada Tuhan dan memasrahkan diri. Ia meyakini Tuhan tidak memberi cobaan kepada ummatnya melebihi kemampuan memikul cobaan itu.

Ayah Banyu Biru dan Sekar Putih pun menjalani masa isolasi mandiri dengan membangun positif thinking. Selama isoman, dia menganggap bisa mendapatkan kesempatan baik untuk beristirahat sejenak, makan yang banyak, tidur yang cukup, dan minum obat serta vitamin. Adapun salah satu obat yang dia konsumsi ialah obat cacing ivermectim.

"Namun sekarang, ahamdulilah saya sudah pulih. Dewi juga sudah berangsur membaik," ungkapnya.

Adapun alasan Erros mengonsumsi obat cacing invermectim karena bayak pasien COVID-19 sembuh saat mengonsumsi obat tersebut.

"Minimal, kalau toh pun kena gejalanya ya tidak berat. Obat itu yang banyak saya bagikan ke teman-teman. Kebetulan saya pernah beli banyak. Selama pandemi ini kerja saya kayak relawan membantu teman-teman yang terdampak. Makanya lucu malah saya yang kena," katanya.

Namun, belum genap satu bulan, pria kelahiran 1950 ini sudah kehilangan adiknya yang Bernama Budi Djarot. Dia menyebutkan, adiknya meninggal tepat tanggal 27 Juni lalu karena positif COVID-19.

Karena itulah, dia meminta masyarakat untuk berhati-hati dan disiplin menjalankan protokol kesehatan. Menurutnya, hal ini sebagai bentuk untuk melindungi diri dan keluarga dari ancaman COVID-19.

"Masyarakat perlu berhati-hati, ini serius. Mengingatkan semua teman supaya tingkatkan kewaspadaan. Anda juga, hati-hati deh. kita sudah pada tua, virus ini gawat. Jangan main-main, saya sudah kehilangan adik," ujarnya.

Pria kelahiran Rangkasbitung itu menyebutkan, saat ini banyak orang terjangkit COVID-19 karena kejadian sepele. Dia memberi contoh, seorang pria sempat viral karena tertular COVID-19 dari pulpen.

Erros menceritakan, saat pria itu hendak vaksin, dia menggunakan pulpen panitia untuk mengisi kelengkapan data. Setelah itu, tangannya mengucek mata yang gatal. Dua hari kemudian, dia demam dan merasakan sesak nafas.

Dalam testimoni videonya, dia juga menceritakan perjuangan kerasnya untuk mendapatkan rumah sakit. Sedangkan di Jakarta, minggu lalu Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengumumkan setidaknya ada 1.900 pasien mengantre di Lorong-lorong rumah sakit.

Hal itu sejalan dengan penuhnya ruang perawatan. Lonjakan kasus aktif juga dipengaruhi oleh ganasnya varian baru yang muncul sebulan terakhir ini.

Menurut ahli, virus telah bermutasi lebih ringan. Namun, karena ringan itulah vius yang berukuran sepermiliar meter tersebut semakin cepat menjangkau sasaran.

Setidaknya, virus hanya membutuhkan waktu 5-10 detik untuk menjangkit korban. Di sisi lain, virus juga kuat bertahan di udara selama 16 jam.

Inilah yang menyebabkan tren penularanya borongan, satu rumah atau satu keluarga, satu kantor, juga bahkan satu kampung. Tentunya, ini menambah kesulitan perawatan isolasi di rumah. (Detik)
×
Berita Terbaru Update