![]() |
Foto ilustrasi |
SURABAYA (Kliik.id) - Kasus COVID-19 di Indonesia dinilai sudah terkendali. Meski demikian, epidemiolog mengingatkan pemerintah agar tetap stay on the track dalam penanganan COVID-19.
"Gelombang ketiga ini, bisa dilihat dan belajar dari berbagai negara lain. Tentunya tidak menutup kemungkinan gelombang ketiga terjadi di Indonesia, jika kita lengah, prokes kendor, kebijakan longgar sekali, tentu risikonya tinggi," ujar Pakar Epidemiologi Universitas Airlangga Dr Laura Navika Yamani kepada detikcom, Minggu (19/9/2021).
Laura mencontohkan kasus Corona yang kembali meningkat di Amerika Serikat. Terbaru, peningkatan kasus juga terjadi di China. Padahal, di negara tersebut capaian vaksinasi sudah tinggi.
Sementara capaian vaksinasi di Indonesia masih jauh dari target.
Laura menyebut, gelombang ketiga sangat mungkin terjadi jika pemerintah lengah. Bahkan, vaksinasi tinggi pun tidak menjamin sebuah negara aman dari lonjakan kasus.
"Amerika saja, dosis pertama hampir 100 persen. Sedangkan kita setengah dari target herd immunity saja masih belum tercapai untuk dosis kedua. Lawan utama vaksinasi itu adalah varian baru, kalau pemerintah tidak mengantisipasi masuknya varian baru, ya risiko kenaikan kasus, gelombang ketiga sangat mungkin terjadi," terangnya.
"Walaupun vaksinasi di Indonesia merata, dan tentunya sudah mencapai herd immunity, kita harus lihat negara lain yang hari ini capaian vaksinasi sudah tinggi, tapi masih mengalami peningkatan kasus. Selama WHO masih memberi status pandemi, kita jangan kendor," lanjutnya.
Laura mengakui, saat ini pengendalian Corona Indonesia sudah sangat baik, bahkan angka positivity rate sudah di bawah standar WHO. Ia meminta pemerintah harus konsisten dalam melakukan pengetatan, khususnya penegakan protokol kesehatan.
"Memang Indonesia diapresiasi ya dalam penanganan Corona saat ini. Akan tetapi, jangan sampai lengah, vaksin terus digencarkan, strategi penanganan COVID-19 harus tetap tegas dan pendisiplinan prokes ini penting. Kalau vaksin bisa kalah dengan varian baru, satu-satunya antisipasi adalah prokes, mau varian lama atau baru, asal prokes disiplin, risiko penularan minim," ungkapnya.
Laura menyarankan sejumlah hal kepada pemerintah. Di antaranya mempercepat proses vaksinasi, kemudian menyiapkan segala hal akan potensi terburuk di masa depan. Seperti menyiapkan layanan kesehatan sebaik mungkin, agar tidak panik saat menghadapi kenaikan kasus.
"Saran untuk pemerintah tetap on the track ya dalam penanganan kasus COVID-19 terutama program vaksinasi harus sesuai cakupan target. Ini jadi PR, kemudian bagaimana menuntaskan vaksin, masyarakat bisa mendapat vaksin," katanya.
"Kedua surveilans kesehatan ini mumpung stabil kondisinya, pemerintah harus memperbaiki, dan memprediksi ke depan bagaimana. Jangan dianggap sudah selesai, apalagi ada risiko kemunculan varian baru. Bagaimana metode untuk men-screening varian baru lebih dini, agar tidak menyebar, bandara diperketat proses screening-nya. Khawatirnya nanti malah makin masif penyebarannya, bisa-bisa lebih tinggi dari gelombang dua di Bulan Juli kemarin," pungkasnya. (Detik)