![]() |
Foto ilustrasi |
JAKARTA (Kliik.id) - Seiring melambatnya penambahan kasus harian COVID-19 RI, sejumlah pihak waswas soal risiko kembali lonjakan kasus atau gelombang ketiga COVID-19. Terlebih mengingat, lonjakan kasus pada Juli 2021 beriringan mobilitas masif masyarakat pada momen libur Lebaran.
"Risiko penyebaran COVID-19 semakin meningkat seiring dengan semakin tingginya mobilitas dan kerumunan masyarakat. Belajar dari sebelumnya, beberapa kali lonjakan kasus COVID-19 di tanah air terjadi setelah melewati libur panjang yang mengakibatkan mobilitas dan kerumunan orang meningkat," ujar Epidemiolog Universitas Indonesia (UI) Tri Yunis Miko dalam keterangan tertulis yang diterima detikcom, Selasa (28/9/2021).
Ia mengingatkan, masyarakat Indonesia akan menyambut momen Natal dan Tahun Baru di penghujung 2021 yang tinggi risiko mobilitas masyarakat. Menurutnya jika pada momen tersebut vaksinasi COVID-19 belum mencapai 50 persen target, risiko gelombang ketiga COVID-19 semakin besar.
Pun sudah mencapai 50 persen, risiko tetap meningkat jika mobilitas masyarakat tidak dibatasi pada periode libur panjang akhir tahun. Dalam skenario tersebut, Tri Yunis memperkirakan lonjakan akan terjadi selambat-lambatnya pada Maret 2022.
"Prediksi Desember-Januari itu kemungkinan puncak ketiganya," ujar Tri Yunis.
Tri Yunis menegaskan protokol kesehatan wajib tetap diterapkan secara optimal meski kondisi COVID-19 RI sudah membaik. Jangan sampai jumlah kasus yang menurun membuat masyarakat lengah sehingga kelak risiko peningkatan kasus benar-benar terjadi.
"Jadi ya memang bakal mengalami puncak lagi, kalau 3T lemah," ujarnya.
"Pandemi belum usai, potensi lonjakan kasus masih bisa terjadi. Karenanya tetap disiplin mematuhi protokol kesehatan," pungkas Tri Yunis. (Detik)