Pospera menggelar konferensi pers, Selasa (11/1/2022) malam,mendesak Polres Asahan untuk menangkap pelaku dan dalang dari aksi kekerasan terhadap petani di Sei Kepayang. |
Desakan itu disampaikan Ketua DPD Pospera Sumut, Liston Hutajulu bersama Ketua DPC Pospera Asahan, Atong Sigalingging didampingi petani yang menjadi korban kekerasan dalam konferensi pers, Selasa (11/1/2022) malam.
"Sebagai kuasa pendamping petani, kami atas nama DPD Pospera Sumut mengecam aksi penyerangan dan kekerasan yang dilakukan sekelompok preman terhadap petani di Sei Kepayang. Untuk itu kami mendesak Polres Asahan menangkap para pelaku dan mengungkap siapa dalang dan aktor dari aksi kekerasan terhadap petani ini," kata Liston.
Liston mengatakan, pihaknya mendapat informasi bahwa 2 orang dari pelaku penganiayaan telah diamankan Polres Asahan.
Namun, ia berharap agar proses penyidikan kasus penganiyaan itu tidak terhenti sampai disitu, tetapi harus mengusut siapa aktor di belakang tindakan tersebut.
"Pospera meminta usut tuntas kasus penganiayaan ini, meskipun sudah diamankan 2 orang. Sebab penyerangan dan tindakan kekerasan sudah sering terjadi terhadap petani dan telah berulang kali petani membuat laporan polisi sejak tahun 2018 lalu. Hingga saat ini, tidak ada laporan yang diproses oleh kepolisian," ucap Liston.
Jika Polres Asahan tidak mampu menangani kasus penganiyaan tersebut, lanjut Liston, Pospera akan mendesak Mabes Polri dan Polda Sumut untuk turun tangan.
"Kasus penganiyaan serupa sudah berulang kali dialami petani. Saat ini petani sudah resah atas aksi kekerasan yang dialami. Beruntung tidak ada ada korban jiwa atas aksi kekerasan ini, tapi korban materiil dan korban luka-luka sudah sering terjadi. Maka, jika kasus ini tidak bisa terungkap, kami bersama petani akan ke Mabes Polri untuk meminta perlindungan hukum dari Kapolri," katanya.
Sebelumnya diberitakan, sekelompok petani sawit di Desa Perbangunan, Kecamatan Sei Kepayang, Kabupaten Asahan, Sumut, luka-luka usai diserang dan dianiaya puluhan preman, Minggu (9/12/20221) dini hari pukul 01.00 WIB.
Akibat serangan tersebut, beberapa petani mengalami luka-luka masing-masing, Budiman Nainggolan (47), Rizki Yusuf Siregar, Edison Harianja dan Regen Pandiangan (28). Mereka dianiaya saat berada di gubuknya di Desa Perbangunan.
Kasus ini telah dilaporkan ke Polres Asahan dengan nomor: LP/B/32/1/2022/SPKT Polres Asahan/Polda Sumatera Utara, Tanggal 9 Januari 2019 dengan terlapor Marolop Tamba dan rekan-rekannya.
Penyerangan ini diduga terkait konflik lahan di daerah tersebut yang telah terjadi sejak tahun 2015.
Salah satu korban, Budiman Nainggolan menjelaskan, penyerangan bermula saat mesin genset di gubuk mereka kehabisan minyak. Kemudian, dua orang diantara mereka pergi membeli bahan bakar.
Secara tiba-tiba, kelompok preman tersebut datang dengan menggunakan senter kepala sambil mengatakan "Keluar kalian semua".
"Tapi, saat mengatakan keluar kalian semua, mereka sudah berserak (Berpencar, red). Ada yang merusak tenda dan diruntuhkan. Nah, tanpa perlawanan dari petani, para preman menunjangi para petani yang pada tidur," ujar Budiman kepada wartawan, Senin (10/1/2022).
Budiman mengaku, dirinya mengenali beberapa preman yang menjadi pelaku penyerangan yang diperkirakan berjumlah 40 orang tersebut.
"Beberapa orang bisa kita kenali wajahnya. Dan dari nama-nama yang tersebut dari suaranya bisa kita kenali," katanya. (Rls)