Foto ilustrasi |
Kasat Reskrim Polres Labuhanbatu, AKP Rusdi Marzuki menjelaskan, pelaku berinisial AAD (53) ditangkap di rumahnya di Sei Kanan, Labusel.
Korban pelecehan kepala sekolah yakni 3 santri pria yang merupakan warga Padang Lawas Utara (Paluta), masing-masing 14, 16 dan 17 tahun.
"Korbannya 3 santri pria. Satu orang tingkat tsanawiyah (SMP) dan dua orang tingkat aliyah. Mereka ini ada yang sekali (dilecehkan) dan ada juga yang lebih dari sekali. Terakhir kali dilakukannya pada 14 Januari lalu," kata Rusdi.
Sebelum melakukan pelecehan, pelaku terlebih dahulu mengajak korban pergi ke ladang sawitnya. Di ladang itu, pelaku melakukan aksi pelecehannya. Selain mengamankan pelaku, polisi juga menyita sebuah sepeda motor milik pelaku.
"Dengan sepeda motor ini, pelaku kerap membonceng korbannya saat menuju ke ladangnya," jelas Rusdi.
Terpisah, Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Labusel, Ilham Daulay, mengatakan, kasus pelecehan sudah pernah dilakukan AAD pada 2019 silam.
"Ketika itu ada 17 orang yang mengaku telah menjadi korban AAD," katanya.
Namun, kata Ilham, meski LPA Labusel telah meminta agar keluarga korban tetap melanjutkan kasus ini, AAD dan keluarganya berhasil membujuk keluarga korban untuk berdamai.
"Pelaku memegang-megang alat kelamin santri pria itu. Dimain-mainkannya hingga mereka orgasme," kata Ilham.
Pihaknya akan terus mengawal kasus ini agar proses hukumnya tetap berjalan.
Dari informasi yang dikumpulkan, meski dari gestur tubuhnya terlihat seperti ada sifat feminim, AAD merupakan ayah dari 5 orang anak.
Sama seperti dirinya, Istri AAD juga bekerja di ponpes itu.
Meski menjabat sebagai kepala sekolah, AAD sebenarnya bukan seorang guru.
AAD merupakan ASN pada Kementerian Agama yang ditugaskan di pondok pesantren. Dia disebutkan sudah 18 tahun menjadi kepala sekolah di pesantren tersebut. (Rls)