Stok minyak goreng di sebuah supermarket di Kota Medan. |
Saat ini, minyak goreng kemasan dijual sesuai mekanisme pasar, dan minyak goreng curah dijual di angka Rp 14 ribu per liter.
Pengamat Ekonomi Sumut Benjamin Gunawan, mengatakan, kebijakan tersebut menunjukan masih ada perbedaan harga masing-masing minyak goreng.
"Jadi harga minyak goreng ini belum seragam, masih ada potensi terjadinya penyalahgunaan minyak goreng guna meraup keuntungan," ujar Benjamin saat dimintai pendapat, Kamis (17/3/2022).
Adapun selisih minyak goreng kemasan itu, kata Benjamin, nantinya bisa mencapai 10.000 per liternya.
"Minyak goreng curah ditetapkan 14 ribu per kg, sementara minyak goreng kemasan bisa mencapai 25 ribu per liter nantinya. Dengan selisih tersebut, oknum-oknum tertentu yang memanfaatkan keadaan akan bermunculan. Peruntukkan minyak goreng curah bisa saja diselewengkan untuk dikemas dan dijual dengan harga premium," katanya.
Tetapi terlepas dari kemungkinan tersebut, lanjut Benjamin, kebijakan penyaluran minyak goreng curah subsidi harus bisa memenuhi semua kebutuhan masyarakat.
"Yang paling penting tidak terjadi kelangkaan minyak goreng curah. Selebihnya kalau ada temuan lainnya, saya yakin masyarakat bisa tutup mata dengan adanya penyelewengan peruntukan minyak goreng curah," jelasnya.
Menurut Benjamin, untuk masyarakat ekonomi menengah ke bawah, harga minyak goreng kemasan sangat memberatkan.
"Jika minyak goreng curah langka, maka masalah yang mungkin timbul akan jauh lebih besar dari masalah sebelumnya. Kalau sebelumnya masyarakat antri membeli minyak goreng harga 14 ribu per liter, namun di sisi lain minyak goreng 18 ribuan per liter cukup tersedia," katanya.
Dalam kondisi kedepan, jika minyak goreng curah 14 ribu per kg langka, masyarakat dihadapkan dengan harga minyak goreng kemasan diatas Rp 22 ribu per liter.
"Jadi bisa memicu masalah lain yang jauh lebih berat dibandingkan dengan sebelumnya. Jadi harus pastikan kebijakan terbaru ini berhasil," pungkasnya. (Rls)