Notification

×

Tahun 2024, Mobil Listrik 'Made in Indonesia' Pakai Baterai Buatan Lokal

Rabu, 30 Maret 2022 | 08:35 WIB Last Updated 2022-03-30T02:39:48Z
Foto ilustrasi
JAKARTA (Kliik.id) - 
Memiliki cadangan sumber daya mineral yang besar, membuat Indonesia cukup dilirik banyak investor untuk mengembangkan kendaraan listrik.

Sekadar informasi, Indonesia memiliki cadangan nikel dan kobalt yang merupakan komponen penting dalam pembuatan baterai lithium.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita belum lama ini menyebut bahwa ada banyak pihak yang ingin berinvestasi dalam pengembangan ekosistem kendaraan listrik di Tanah Air.

Agus juga mengungkapkan bahwa pemerintah serius menggarap ekosistem industri kendaraan listrik dari hulu ke hilir. Salah satu caranya adalah melalui peningkatan investasi untuk memperkuat struktur manufaktur di dalam negeri.

"Sudah banyak investor yang mengajukan proposal ingin berkontribusi dalam pengembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Misalnya ada industri yang ingin memproduksi baterainya, termasuk dari sektor otomotif," ungkap Agus dalam keterangan resminya.

Tahun 2022 akan menjadi momen penting untuk pengembangan baterai litium untuk kendaraan listrik. Sebab, beberapa investor di Indonesia akan memulai konstruksi pembangunan pabriknya dalam upaya mengolah nikel dan kobalt menjadi bahan baku baterai litium.

Seperti diketahui, pabrik baterai mobil listrik milik PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC) dan Konsorsium LG serta CATL untuk mobil listrik sudah mulai melakukan peletakan batu pertama akhir Juli 2021.

"Pemerintah menargetkan pada tahun 2024 nanti mobil-mobil listrik yang diproduksi di Indonesia sudah menggunakan baterai listrik dan juga komponen-komponen penting lainnya yang diproduksi di negara kita," ungkap Agus.

Pada peta jalan industri otomotif nasional, ditargetkan sebanyak 20 persen kendaraan berbasis baterai listrik akan seliweran pada tahun 2025, seiring dengan upaya industri otomotif yang terus melakukan efisiensi untuk jenis teknologi Internal Combustion Engine(ICE),Hybrid, dan Plug-in Hybrid.

"Ke depan, teknologi fuel cell berbasis hydrogen juga telah terdapat dalam peta jalan industri otomotif nasional, dengan semangat untuk menuju produksi industri kendaraan ramah lingkungan," tutur Agus.

Lebih lanjut, dalam pengembangan ekosistem industri kendaraan listrik, industri otomotif dalam negeri ditargetkan dapat memproduksi mobil listrik dan bis listrik sebanyak 600 ribu unit pada tahun 2030, sehingga dengan angka tersebut akan dapat mengurangi konsumsi BBM sebesar 3 juta barrel dan menurunkan emisi CO2 sebanyak 1,4 juta ton.

"Upaya strategis ini diharapkan pula dapat mendukung pemenuhan komitmen pemerintah Indonesia terkait pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 29% pada tahun 2030, dan di tahun 2060 masuk ke emisi nol ataunet zero carbon," imbuhnya. (Detik)
×
Berita Terbaru Update