Foto ilustrasi. (detikcom) |
Menurut spesialis anak di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) dr Fatima Safira Alatas, PhD, SpA(K), gejala hepatitis memang mirip dengan penyakit infeksi biasa. Di antaranya berupa sakit perut, lemas, muntah, dan diare. Namun begitu, semakin cepat kondisi bergejala tersebut ditangani dengan tepat, semakin risiko kematian bisa ditekan.
"Gejala klinis awal itu sangat menentukan untuk melihat apakah anaknya bisa kita obati dengan lebih baik atau tidak. Jadi untuk melihat gejala infeksi awal mirip dengan penyakit infeksi biasa. Namun mungkin berbeda dengan penampakan dari anaknya," terangnya saat ditemui detikcom di RSCM, Jakarta Pusat, Selasa (17/5/2022).
"Jika terlihat anaknya lebih sakit sekali, cepat di-refer ke fasilitas kesehatan, mungkin awareness orangtua lebih harus ditingkatkan supaya datang ke rumah sakit lebih cepat dan dapat diobati dengan baik anaknya," sambungnya.
Direktur Utama RSCM dr Lies Dina Liastuti, SpJP (K), M.ARS menyampaikan hal senada. Menurutnya, ketiga pasien yang meninggal dunia dengan dugaan penyebab hepatitis misterius pertama di RI sempat dibawa ke RSCM.
dr Lies menyebut, salah satu dari ketiga pasien tersebut baru dibawa ke RSCM pada hari ke-12 sakit dan sudah dalam kondisi berat sehingga tidak tertolong.
"Gejalanya bisa seperti gejala yang lain. Mungkin orangtua tidak aware, tidak ngeh bahwa ini sesuatu yang sedang berjalan berat sekali. Sehingga waktu itu sempat dibahas bahwa perlu perlu pemeriksaan laboratorium untuk membuktikan ada kerusakan hati atau tidak," bebernya.
"Apalagi kalau misalnya terlanjur kuning, itu sudah tinggi sekali biasanya SGOT SGPT. Ada pemeriksaan yang bisa dilakukan rumah sakit yaitu memeriksa fungsi hatinya. Jadi itu bedanya. Meskipun gejalanya diare, sakit perut, muntah, kalau ada kerusakan hati, kelihatan di laboratoriumnya kita bisa lebih cepat," pungkas dr Lies. (Detik)