![]() |
Foto ilustrasi (detikcom) |
Beberapa waktu lalu sempat heboh kabar soal investasi Kam and Kam yang menyeret nama-nama seperti Ello hingga Pinkan Mambo.
Hingga kini, investasi bodong masih menjadi sebuah ancaman yang mengintai masyarakat Indonesia yang kurang peka dan edukasi mengenai hal tersebut.
Lantaran mengejar untung dan bonus yang dijanjikan berjumlah besar, mereka buru-buru melakukan investasi dengan jumlah besar yang berujung kerugian.
Tongam L Tobing, ketua Satgas Waspada Investasi, menjelaskan sepanjang 10 tahun terakhir ini masyarakat Indonesia telah merugi Rp 117,5 triliun karena investasi bodong. Kerugian itu dihitung sejak akhir tahun 2011 hingga 2021.
Tongam menyebut banyak yang jadi korban lewat kedok MLM dan ini terus berulang. Satgas Waspada Investigasi terus mengadakan edukasi kepada masyarakat agar tidak lagi terjebak dan tertipu. Lebih-lebih tertarik berinvestasi karena adanya endorse dari artis-artis tertentu.
Tongam L Tobing membeberkan ciri-ciri perusahaan direct selling/multi level marketing (MLM) yang baik/benar. Salah satunya adalah memiliki produk untuk dijual atau produknya jelas, lalu perusahaannya terdaftar di Kementerian Perdagangan dan Produk-produk, serta mendapatkan izin edar dari BPOM jika menyangkut makanan, minuman Obat dan Kosmetika.
Menyoal bonus yang selalu menarik perhatian, masyarakat juga diminta jeli. Dalam MLM yang baik dan benar, terdapat 2 macam bonus yaitu Bonus aktif diperoleh dari penjualan produk, dan bonus pasif diperoleh dari omset penjualan, pembelian produk grup atau jaringan.
Selanjutnya pay out bonus marketing plan maksimal 40 persen, kemudian ada pendampingan dan pelatihan untuk anggota atau member dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM.
Terakhir perusahaan memiliki izin yang sesuai dalam hal ini memiliki SIUPL (Surat Izin Penjualan Langsung) dari Kemendag RI.
Kontras dengan bisnis money game, produk yang dijual hanyalah tempelan atau kedok bisnis.
Lantaran bonus aktif diperoleh hanya dari perekrutan member, lalu bonus pasif didapatkan dari persentase nilai investasi yang ditanamkan. Selanjutnya, pay out hasil bonus keuntungan tidak masuk akal.
"Contoh pay out hasil bonus 1 minggu 10 persen, 3 minggu 20 persen. Selain itu, member boleh memiliki lebih dari satu akun atau bergabung berkali-kali," terang Tongam.
Saat ini, ada beberapa tawaran investasi money game yang berkedok koperasi, logam mulia, dan MLM sedang bertebaran. Bonus yang didapatkan dijanjikan dari perekrutan member baru dengan menyetor sejumlah dana yang besar, lalu diiming-imingi juga pendapatan besar dari bonus perekrutan tersebut.
"Ciri-ciri lain dari MLM Money Game ini adalah tidak mempunyai SIUPL atau Surat Izin Penjualan Langsung dari Kemendag RI tapi sudah melakukan operasional bisnis di Indonesia dan produk-produknya tidak mempunyai izin edar dari BPOM atau Badan Pengawasan Obat dan Makanan," tegas Tongam.
Yang tengah jadi sorotan saat ini adalah MLM dari Turki bernama ONE MORE International. MLM itu sedang aktif melakukan perekrutan anggota dan disinyalir belum dapat izin dari Kemendag hingga izin edar dari BPOM.
Dari unggahan di Twitter, ada beberapa top leader yang memamerkan pendapatan mereka dalam bentuk dolar Amerika Serikat. Alhasil para netizen memberikan komentar-komentar yang mempertanyakan legalitas dari perusahaan asing tersebut.
Lebih lanjut, dihimbau kepada masyarakat yang mengetahui praktek-praktek bisnis MLM money game agar melaporkan ke Satgas Waspada Investasi OJK. (Detik)