Notification

×

Iklan

Petani Sawit Teriak Cabut Larangan Ekspor, Petinggi Kemendag Bilang Begini

Senin, 16 Mei 2022 | 15:05 WIB Last Updated 2022-05-16T09:09:37Z
Foto ilustrasi. (detikcom)
JAKARTA (Kliik.id) - 
Petani kelapa sawit mengeluhkan larangan ekspor minyak sawit (Crude palm oil/CPO) dan produk minyak goreng berdampak buruk pada kondisi mereka. Saat ini, tangki tempat petani menjual tandan buah segar (TBS) kelapa sawit sudah penuh dan harga juga jadi anjlok.

Menanggapi hal itu, Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengatakan masih terus bekerja dan berupaya untuk memonitor harga minyak goreng, khususnya minyak goreng curah di seluruh Indonesia. Adapun target penurunan harga minyak goreng curah yakni Rp 14.000 per liter atau Rp 15.500 per kilo.

"Kita sedang memonitor bersama-sama dengan Satgas pangan untuk kebutuhan minyak curah dengan harga yang sudah ditetapkan pemerintah. Kita sudah lihat 50% daerah itu sudah. Kita kan ingin memenuhi kebutuhan di 10 ribu wilayah di Indonesia," kata Plt Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kemendag Veri Anggrijono kepada detikcom, Senin (16/5/2022).

Ia berharap, untuk upaya untuk menurunkan harga minyak goreng curah ini tidak terlalu lama.

"Sekarang sudah tidak ada antrean, beberapa wilayah juga harga (minyak goreng curah) ada yang sudah mendekat Rp 16.000/liter dan beberapa mencapai Rp 14.000/liter," lanjutnya.

Oleh sebab itu, Veri mengatakan pihaknya berharap keadaan bisa pulih kembali dan tidak berdampak terlalu banyak kepada petani.

"Kita harapkan ini bisa cepat pulih kembali sehingga kita bisa normal lagi untuk membuka ekspor. Karena kita ingin petani juga tidak terlalu terdampak untuk seperti itu. Kita juga harus perhatikan hal-hal itu. Kita juga nggak mau mengorbankan petani," ujarnya.

Perihal kapan target larangan ekspor minyak ini akan dicabut, Veri tidak menjelaskan secara detail terkait kapan waktu tepatnya. Ia hanya mengatakan larangan ekspor akan dicabut, jika harga minyak goreng curah Rp 14.000/liter sudah terjadi di hampir seluruh wilayah di Indonesia.

"Begitu harga Rp 14.000/liter hampir di seluruh wilayah akan kita mengusulkan (pencabutan larangan ekspor). Kita berharap lebih cepat makin bagus. Mohon bersabar, kita berusaha secepat mungkin, kita terus bekerja memantau harga di pasar," tuturnya.

Sebagai informasi, petani kelapa sawit memang mengeluhkan larangan ekspor CPO dan turunannya berdampak buruk bagi mereka. Saat ini mereka kewalahan untuk menjual TBS.

Dampak saat ini adalah tempat penjualan TBS bagi petani di pabrik kelapa sawit (PKS) sudah penuh, banyak juga yang sudah berhenti beroperasi. Kemudian, melimpahnya pasokan mengakibatkan harga anjlok.

Ketua Umum Asosiasi Petani Kelapa Sawit Perkebunan Inti Rakyat (Aspekpir) Indonesia Setiyono mengatakan, saat ini untuk petani swadaya harga TBS sekitar Rp 1.800 hingga Rp 2.000 per kilo TBS.

"Untuk yang swadaya ini sudah kewalahan harganya. Kalau yang masuk kemitraan, di Riau saat ini Rp 2.900/kilo. Anjlok, gimana orang dari Rp 4.000/kilo jadi Rp 2.900/kilo," katanya kepada detikcom.

Setiyono mengatakan sebenarnya harga TBS normalnya Rp 4.000/kilo. Namun, diakui harga itu juga masih tidak wajar.

"Harga sawit memang 4.000/kilo, itu sebenarnya tidak wajar. Tetapi jika diimbang harga pupuk yang naik 300% jadi wajar. Tetapi kalau harga CPO saja sudah Rp 17.000/kilo, nggak mungkin minyak goreng dijual Rp 14.000/liter. Karena Rp 17.000 harga sudah mencapai TBS Rp 4.000/kilo," jelasnya. (Detik)
×
Berita Terbaru Update