![]() |
Epidemiolog dari Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Masdalina Pane mengimbau untuk mencegah naiknya kasus COVID-19 perlu meningkatkan antibodi masyarakat. (detikcom) |
Epidemiolog dari Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Masdalina Pane mengimbau untuk mencegah naiknya kasus COVID-19 perlu meningkatkan antibodi masyarakat dan tidak bersandar semata-mata dengan hasil sero survei yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan RI.
"Sero survei walaupun hasilnya 95 persen lebih bukan untuk kebijakan, itu kan hanya untuk menilai program vaksinasi saja apakah vaksin efektif atau tidak. Jadi sebagai informasi tentu baik tapi jangan bersandar hingga tidak waspada, perlu ditingkatkan terus," ujarnya pada detikcom, Kamis (9/6/2022).
Sebagai informasi, Kementerian Kesehatan RI pada bulan April mengeluarkan hasil sero survei antibodi masyarakat Indonesia yang menemukan 99,2 persen masyarakat memiliki antibodi COVID-19.
Menurut Masdalina, antibodi masyarakat terbentuk bukan hanya dari vaksinasi tapi juga dari infeksi COVID-19. Ia tetap mengimbau pola hidup sehat agar antibodi tetap terjaga.
"Begitu didapat antibodinya sangat tinggi, maka kita pastikan itu bukan dari vaksin tapi dari infeksi. Jadi waspada saja terus pakai masker dan tetap terapkan 3M," sambungnya.
Sementara itu, ahli epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Pandu Riono yang menyatakan antibodi masyarakat yang tinggi didapatkan karena sudah mendapat vaksinasi booster.
"Pemerintah harus segera melakukan program vaksinasi booster lagi, menjaga imunitas masyarakat, terutama yang booster kita lihat antibodinya tinggi sekali terbukti," ucapnya pada detikcom, Kamis (9/6/2022).
Menurut Pandu, kenaikan kasus harian COVID-19 kali ini masih terbilang normal dan tidak melihat adanya kemungkinan lonjakan kasus.
"Pemerintah hanya bisa mengatakan bahwa pandemi di indonesia sudah terkendali, indikatornya kenaikan tidak meningkat pesat, bisa saja ada kenaikan tapi tidak berdampak pada hospitalisasi dan kematian maka masih terkendali. Karena kenaikan ini normal kita tidak bisa 100 persen, kan sudah ada aktivitas," pungkasnya. (Detik)