![]() |
Foto ilustrasi. |
Korban tewas pada Selasa (24/5/2022) lalu.
Kasus ini tengah dalam penyelidikan Polres Binjai setelah dilaporkan oleh orangtua korban.
Sebelum tewas, korban sempat mengaku kepada ibunya Santi Citra Dewi (37), bahwa sedang dalam keadaan sakit, bukan dianiaya.
"Saat pulang dari sekolah,dia bilang lemas dan gak enak badan," ujar Santi kepada wartawan di Polres Binjai, Kamis (9/6/2022).
Awalnya, Santi beranggapan bahwa anaknya memang sakit, bukan dianiayai. Lalu, Santi membelikan obat, agar sakit putranya berkurang.
"Saya belikan dia obat. Karena muntah-muntah," jelasnya.
Setelah satu hari dalam keadaan lemas dan sudah diberikan obat, besok harinya, korban kembali muntah-muntah. Ibunya sempat akan menbawa ke Bidan, namun korban menolaknya.
"Besoknya makan siang dan muntah lagi. Saya bawa ke bidan juga tidak mau," ujarnya.
Lantaran muntahnya tidak mau berhenti, suaminya Adi Syahputra (40) selaku ayah dari korban pulang ke rumah dari tempat kerja untuk melihat kondisi anaknya.
"Sampai bapaknya pulang, dia tetap gak mau makan. Sampai besoknya, kami belikan sarapan gak mau dia," ucap Santi.
Lantaran tidak makan apapun setelah dua hari, kondisi korban mulai semakin darurat. Orangtua juga terus membujuk korban agar dibawa berobat, namun korban tetap menolaknya.
"Saya tanyakan kenapa muntah-muntah terus. Dia bilang tidak apa-apa. Saya suap makanan, tapi kondisi tidak berdaya. Dia tetap tidak mau dibawa ke bidan," kata Santi.
Kemudian, kondisi korban semakin parah, dimana mulut korban tidak bisa dibuka untuk makan. Saat itu, korban sempat menangis dan lihat ayat suci Al-Quran yang tergantung di dinding rumah.
"Kami peluk dan sambil bertanya kenapa kau Ikshan, kenapa gak mau bicara, sakit apa? Setelah kami peluk dia meninggal," katanya.
Saat jenazah korban dimandikan, keluarga melihat bagian tubuhnya terdapat memar seperti kena pukulan. Namun Santi belum curiga itu adalah pukulan, melainkan karena masuk angin.
"Begitu dimandikan punggungnya ada memar, dada memar merah kebiruan. Kuping juga terlihat biru," jelasnya.
Setelah beberapa hari dikebumikan, teman sekelas korban datang untuk membeli dagangan Santi. Saat itu, teman sekelas korban bercerita kepada Santi, bahwa korban sempat dipukuli oleh 6 murid laki-laki sekelasnya.
"Kawannya bilang, mau bicara tapi takut sama yang pukuli anak saya. Tapi saya tanya terus. Dan ternyata, anak saya dipukuli oleh 6 orang kawannya di sekolah. Anak saya dipukuli di dalam sekolah dan dalam kelas," katanya.
Mengetahui hal ini, Santi dan suaminya langsung berangkat untuk menemui pihak sekolah. Saat ditemui. Kepala SD 023971 mengaku tidak mengetahui adanya penganiayaan yang dilakukan sesama murid.
"Kepala sekolah dan wali kelas tidak tahu dengan kejadian ini, tapi saksi-saksi yang merupakan murid sekelas anak saya bilang, bahwa 6 orang murid laki-laki memukuli Ikshan sampai muntah-muntah," ucapnya.
Mendengar hal ini, Kepala Sekolah langsung memanggil para orang tua murid yang diduga memukuli korban.
Akan tetapi, orang tua korban tidak puas dengan kebijakan kepala sekolah. Mereka menganggap pihak sekolah terkesan menyembunyikan kasus ini.
"Kepala sekolah malah bilang, kasus ini jangan kemana-mana dulu," ujarnya.
Santi berharap pihak kepolisian dapat mengusut tuntas kasus ini. (Rls)