Notification

×

Jokowi Sebut Harga Pertalite Tak Naik, Ini Alasannya

Kamis, 07 Juli 2022 | 14:03 WIB Last Updated 2022-07-07T18:08:14Z
Presiden Jokowi pada puncak Harganas 2022 di Lapangan Merdeka Medan, Kamis (7/7/2022),  mengajak semua pihak hati-hati soal konflik Rusia dengan Ukraina karena menyebabkan harga minyak dunia naik tajam.
MEDAN (Kliik.id) - 
Konflik Rusia dengan Ukraina disinggung Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi), pada puncak Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-29 Tahun 2022 di Lapangan Merdeka Medan, Kamis (7/7/2022).

Konflik tersebut menjadi masalah baru yang menyulitkan dunia internasional. Sebelumnya situasi sudah sulit dampak dari pandemi covid-19. Karena itu Jokowi meminta semua pihak berhati-hati.

"Sekarang tambah sulit karena ditambah satu masalah yaitu perang di Ukraina. Hati-hati mengenai perang Ukraina. Karena ini menyangkut pangan, minyak dan gas yang mempengaruhi semua negara di dunia. Hati-hati!," ujar Jokowi.

Dikatakan Jokowi, konflik Rusia-Ukraina menyebabkan harga minyak dunia naik tajam.

"Minyak saat normal dulu sebelum pandemi, harganya 60 dolar AS per barel. Sekarang ini 110-120 dolar per barel. Sudah dua kali lipat, hati-hati," katanya.

Meski naik drastis, namun kata Jokowi, Indonesia masih bertahan tidak menaikkan harga BBM Pertalite atau masih bertahan di harga Rp 7.650 per liter.

Kondisi itu disebutnya berbanding dengan negara lain seperti Jerman, Singapura, dan Thailand yang sudah menaikkan harga.

"Negara lain yang namanya BBM, bensin itu sudah berada di angka 31.000. Jerman, Singapura 31.000. Thailand sudah 20.000," sebut Jokowi.

Presiden mengungkap alasan harga Pertalite tak naik karena APBN masih kuat.

"Kita masih 7.650, karena apa? disubsidi oleh APBN," ujar Jokowi disambut tepuk tangan hadirin.

"Jangan tepuk dulu. Ini kita masih kuat dan kita berdoa supaya APBN kita masih kuat memberi subsidi," sambungnya.

Namun beda cerita kalau nantinya APBN sudah tidak kuat.

"Kalau sudah tidak kuat iya mau gimana lagi, iyakan," tanya Jokowi kepada hadirin.

Presiden lintas bertanya setujukah jika harga BBM naik?. Ia yakin tak satupun yang setuju. Namun harus diingat, sambung Jokowi, separuh dari kebutuhan minyak Indonesia, masih didatangkan dari luar negeri (impor).

"Tapi ingat bahwa kita itu masih impor separuh dari kebutuhan kita 1,5 juta barel minyak dari luar, masih impor. Artinya apa kalau harga di luar baik, kita juga harus membayar lebih banyak. Gas juga sama internasional juga naik 5 kali," pungkasnya. (Rls)
×
Berita Terbaru Update