![]() |
Foto ilustrasi. (detikcom) |
Harga tiket pesawat diprediksi akan makin mahal. Itu disebabkan harga bahan bakar yang terus melambung akibat perang Ukraina dan Rusia.
Dikutip dari BBC, Rabu (13/7/2022), Direktur Jenderal International Air Transport Association (IATA) Willie Walsh mengungkapkan jika naiknya harga bahan bakar akan dibebankan kepada konsumen.
Dia mengungkapkan calon penumpang harus menyiapkan diri dengan kemungkinan mahalnya harga tiket pesawat itu. Memang sejak mulai pulihnya ekonomi dunia dari pandemi COVID-19.
Konsumsi energi terus meningkat.
Namun, adanya perang antara Rusia dan Ukraina juga turut mengerek harga minyak ke level tertinggi.
Apalagi, dengan adanya sanksi yang diberikan oleh sejumlah negara seperti Amerika Serikat (AS) yang melarang impor minyak dari Rusia, lalu Inggris juga akan menyetop pembelian minyak dari Rusia akhir tahun ini.
Walsh menjelaskan harga bahan bakar minyak memang berada pada rekor tertinggi. Apalagi, minyak merupakan salah satu faktor utama penentu biaya atau tiket pesawat.
Di Inggris, para penumpang menghadapi kesulitan. Selain harga tiket pesawat, juga terjadi banyak pembatalan penerbangan karena adanya gangguan di banyak bandara seperti Heathrow, Gatwick dan Manchester.
Walsh menyebut, penumpang yang penerbangannya dibatalkan tak perlu lagi membayar biaya tambahan ketika ada penjadwalan ulang.
Selain masalah-masalah itu, saat ini maskapai penerbangan masih menemui kendala pada pegawai mereka. Memang saat pandemi melanda banyak maskapai yang memangkas besar-besaran tenaga kerja mereka.
Juru bicara bandara Heathrow mengungkapkan saat ini memang terjadi peningkatan jumlah penumpang. Karena itu maskapai diminta untuk membatasi penumpang agar tak terjadi penumpukan di bandara.
"Kami akan bekerja sama dengan semua mitra bandara kami dan menempuh kebijakan jika dibutuhkan. Kami memastikan bisa tetap melayani penumpang dalam perjalanan mereka pada musim panas ini," dia menjelaskan. (Detik)