Notification

×

Iklan

Pendapatan Pemerintah Naik 51%, Bamsoet Optimis Pemulihan Ekonomi RI

Sabtu, 27 Agustus 2022 | 14:00 WIB Last Updated 2022-08-27T16:05:08Z
Bambang Soesatyo. (detikcom)
JAKARTA (Kliik.id) - 
Ketua MPR RI sekaligus Wakil Ketua Umum Partai Golkar Bambang Soesatyo mengungkapkan proses pemulihan perekonomian sejak tahun 2021 memberikan dampak positif bagi perekonomian nasional. Hal ini terlihat dari surplus neraca perdagangan pada tahun 2021 yang mampu dipertahankan pada tahun ini.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) neraca perdagangan Indonesia periode Januari-Juli 2022 mengalami surplus US$ 17 miliar. Peningkatan juga terlihat dari nilai ekspor Indonesia periode Januari-Juni 2022 yang meningkat 37,11% dibandingkan periode yang sama tahun 2021. Dengan demikian, nilai ekspor Indonesia periode Januari-Juni 2022 mencapai US$ 141,07 miliar.

"Karena itu, tidak ada alasan bagi kita untuk pesimis. Walaupun IMF dan Bank Dunia memperkirakan perekonomian di 66 negara akan bangkrut dan ambruk, serta suasana dunia yang masih dibayang-bayangi oleh wajah muram perekonomian global, yang dipicu oleh melambungnya harga komoditas global, kebijakan moneter negara maju yang mulai agresif, serta masih berlangsungnya konflik Rusia-Ukraina, ditambah eskalasi ketegangan baru di Taiwan, namun kita tetap harus optimistis bisa mengakhiri tahun 2022 ini dengan baik," ujar Bamsoet dalam keterangannya, Sabtu (27/8/2022).

Saat menutup Musyawarah Nasional Pertama Jaringan Pengusaha Nasional (JAPNAS), di Jakarta, Jumat (26/8/2022) malam, ia menjelaskan optimisme pemulihan ekonomi Indonesia juga terlihat dari data CEIC and Verdana Research.

Data tersebut menunjukkan pendapatan pemerintah (government revenue) meningkat positif hingga 51%. Diketahui pendapatan tersebut menjadi yang tertinggi di dunia melampaui Saudi Arabia di posisi kedua (43%) dan Brazil di posisi ketiga (30%).

"Hasil survei Bloomberg menempatkan Indonesia sebagai negara dengan tingkat risiko resesi yang kecil, hanya 3%, sangat jauh jika dibandingkan dengan rata-rata negara Amerika dan Eropa (40-55%) ataupun negara Asia Pasifik (pada rentang antara 20-25%). Pada level regional, Indonesia juga memiliki kontribusi besar dalam menopang pertumbuhan ekonomi di kawasan ASEAN," jelas Bamsoet.

Ia menerangkan berdasarkan proyeksi IMF, PDB negara-negara ASEAN pada tahun 2025 akan mencapai US$ 5,2 triliun. Dari besaran angka tersebut, Indonesia dinilai memiliki kontribusi sebesar US$ 1,63 triliun. IMF juga memprediksikan ASEAN akan menjadi pasar terbesar ke-4 di dunia pada tahun 2030.

"Merujuk pada data Survei Konsumen Bank Indonesia, tercatat Indeks Keyakinan Konsumen pada bulan Juli 2022 mencapai 123,2, atau berada dalam zona optimis, raihan indeks di atas 100. Jika dapat terus dipertahankan, ekspektasi pemulihan perekonomian nasional akan dapat kita wujudkan," terang Bamsoet.

Bamsoet menambahkan selain menjadi pengampu Presidensi G20, posisi Indonesia saat ini harus bisa memberikan dampak nyata perekonomian nasional. Menurut kalkulasi, gelaran G20 di Indonesia diharapkan mampu memberikan kontribusi sebesar US$ 533 juta bagi PDB nasional, meningkatkan konsumsi domestik hingga Rp 1,7 triliun, mendorong terciptanya 600 ribu-700 ribu lapangan kerja baru, dan menyerap 33.000 tenaga kerja di sektor UMKM.

"Berbagai faktor tersebut juga didukung tingkat capaian vaksinasi COVID-19 di Tanah Air, yang per 25 Agustus 2022 telah mencapai lebih dari 86% untuk dosis pertama, dan sekitar 73% untuk dosis kedua. Jauh lebih baik dibandingkan beberapa negara lain di kawasan Asia dan Afrika. Setidaknya, aktivitas perekonomian berangsur membaik, dan tidak lagi terhambat oleh pembatasan mobilitas seperti pada awal masa pandemi," pungkas Bamsoet. (Detik)
×
Berita Terbaru Update