Notification

×

Apakah Media Siber Bakal 'Matikan' Media Cetak? Begini Kata Ketua SMSI Sumut

Sabtu, 17 September 2022 | 18:42 WIB Last Updated 2022-09-18T02:52:06Z
Ketua SMSI Sumut, Zulfikar Tanjung.
MEDAN (Kliik.id) - 
Tak sedikit orang yang beranggapan bahwa semakin berkembangnya media siber (online) saat ini akan "mematikan" media cetak atau koran.

Ketua Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Sumut, Zulfikar Tanjung, memberikan pandangan terkait hal itu ketika berbicara selaku pembanding dari floor pada Workshop Standarisasi Media Cetak di tengah Gempuran Hoax dan Media Sosial di Hotel Le Polonia, Jalan Sudirman, Medan, Sabtu (17/09/2022).

Pada workshop yang digelar Serikat Perusahaan Pers (SPS) Sumut itu, Zulfikar Tanjung meyakinkan bahwa dinamika media siber tidak akan "membunuh" media cetak.

Namun ia menggarisbawahi, "orang koran" harus mampu bertransformasi dalam persaingan digital yang semakin ketat saat ini.

Hadir bersama Penasihat SMSI Sumut Roni Purba dan Sekretaris Erris J Napitupulu pada workshop itu, Zulfikar mengatakan SMSI (perhimpunan pemilik media siber) tidak pernah berkeinginan koran akan tutup.

Bagi SMSI, tegas Zulfikar, koran adalah mitra yang saling melengkapi dengan kekhasannya masing-masing. Antara lain siber mungkin unggul dalam kecepatan berita, namun koran lebih unggul dalam pendalaman atau berita investigasi.

"Jadi ini saling melengkapi. Yakinlah, sesungguhnya surat kabar akan tetap eksis sepanjang pengelola koran mampu bertransformasi dengan ubah laku gaya baru, mulai dari 'mindset' cara berpikir hingga berperilaku berbasis digital," ujarnya.

Lebih lanjut, Zulfikar kepada wartawan usai workshop mengatakan, dari data faktual di beberapa negara maju, trend surat kabar meningkat tirasnya dengan berkolaborasi media siber.

"Karena itu media siber jangan dianggap musuh atau saingan, melainkan mitra untuk menaikkan eksistensi koran. Sebab, di era digital, media cetak yang memiliki jaringan luas, akan semakin eksis dan survive. Di sinilah titik krusial itu. Kalau pemilik dan pekerja koran masih tetap dalam persepsi lama, larut dalam 'menara gading' yang menganggap ada pen-strata-an media, di mana koran dianggap media nomor satu 'an sich', tentu koran dimaksud akan ambruk dilindas revolusi digital," ujarnya.

Kondisi koran akan semakin parah apabila pakerja terutama wartawan koran tidak mau menantang eksistensinya untuk cetak, malah sebaliknya ikut berbaris bersama, bahkan ada ikut di belakang praktisi atau wartawan yang bekerja di siber.

Banyak berita di koran sama dengan berita online, mulai angle berita maupun pemilihan judul. Bahkan banyak yang 'copy paste' berita online. Pekerja koran larut, menganggap media siber ibarat kantor berita, tinggal kutip saja, paling edit sedikit kata-katanya.

"Padahal, jika beritanya sama, apalagi mengutip dari media siber an-sich untuk apa orang harus membeli koran? Sebab orang sudah bisa membaca dari media siber secara gratis, lebih cepat lagi. Koran jelas kalah cepat dengan online," tegasnya menjawab wartawan.

Artinya, jika koran kualitasnya sama dengan media online, maka habislah riwayat koran itu. Orang tak akan lagi mencarinya. Namun orang akan tetap mencari koran apabila mampu menyajikan angle-angle yang tidak didapat di media online. Koran harus dibuat seperti itu.

"Jadi tidak benar katanya media siber "membunuh" koran. Yang sebenarnya, jurnalis koranlah yang punya andil mempercepat kepunahan koran apabila tidak mau berevolusi dengan cara beradaptasi. Koran sekarang harus menjadi news brand yang disinergikan dengan online dan media-media di bawah brand koran itu. Tentu dengan perubahan perilaku baru sesuai tuntutan era komunikasi millenial," katanya.

Hadir narasumber pada workshop itu, diantaranya Sekjen SPS Pusat yang juga Anggota Dewan Pers, Asmono Wikan, Sekretaris SPS Sumut, Rianto Ahgly, moderator M Syahrir (Penasihat SPS Sumut), dan dihadiri Ketua SPS Sumut, Farianda Putra Sinik, dan Ketua Panitia, Agus Safarudin Lubis. (Rls)
×
Berita Terbaru Update