![]() |
Foto ilustrasi. (detikcom) |
Angka ini merupakan posisi dolar AS yang tertinggi sejak April 2020 lalu. Selama pandemi COVID-19 dolar AS bisa ditahan di bawah Rp 15.000.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Edi Susianto menjelaskan hingga siang ini hampir semua mata uang Asia mengalami pelemahan terhadap dolar AS.
Dia mengungkapkan ini artinya sentimen berasal dari penguatan dolar AS terhadap hampir seluruh mata uang.
"Hari ini faktor trigernya adalah pertama statemen pejabat Fed yang semakin memberikan nuansa bahwa the Fed masih akan tetap hawkish," katanya kepada detikcom, Rabu (28/9/2022).
Selain itu ada juga Rusia akan mengusulkan penurunan produksi minyak 1 juta barel pada pertemuan OPEC+ di bulan Oktober nanti.
Kondisi tersebut yang kembali membuat pelaku pasar kian khawatir, sehingga di pasar New York tadi malam pasar saham dan obligasi mengalami pelemahan.
"Yield UST 10 year sempat naik mencapai 3,95%, sementara DXY mengalami penguatan kembali ke atas 114 setelah sebelumnya sempat di bawah 114," ujarnya.
Menurut Edi, bank sentral tetap mengawal dengan triple intervention supaya mekanisme pasar tetap terjaga dan tidak terjadi pelemahan yang liar atau berlebihan.
"Selain itu operation twist akan tetap dilakukan dengan fokus di operasi bond jangka pendek, namun tetap memperhatikan perkembangan pasar tentunya," jelas dia. (Detik)