![]() |
Foto ilustrasi. (detikcom) |
"Antidotum atau obat penawar ini sudah direkomendasi oleh WHO dengan efektivitas tinggi, di atas 90 persen. Dari data itulah kita memberi obat itu di samping obat itu ready dipakai," beber juru bicara Kemenkes RI dr Mohammad Syahril dalam konferensi pers Perkembangan Gangguan Ginjal Akut di Indonesia, Selasa (25/10/2022).
Lebih lanjut Syahril menerangkan, obat penawar ini bakal diberikan pada pasien gangguan ginjal. Mengingat, kasus gangguan ginjal misterius kini diduga dipicu oleh cemaran bahan etilen glikol (EG) yang terkandung pada produk obat cair melebihi ambang batas.
Penggunaannya pun tidak akan terus-menerus, melainkan berhenti ketika kondisi pasien sudah membaik.
"Diberikan kepada pasien-pasien yang sudah menunjukkan gangguan ginjal. Yang diduga karena intoksikasi. Contohnya terjadi pengurangan frekuensi buang air kecil dan jumlahnya juga. Dan kalau di laboratorium, ureum dan kreatininnya juga meningkat. Itu sudah diberikan sampai dengan dalam keadaan yang berat," jelasnya.
"Aturan pemakaiannya, itu akan diberikan dengan lima kali suntikan. Termasuk di RSCM telah dilakukan 3 dan ada 4 kali dan memberikan perbaikan, kita akan stop. Tidak digunakan terus menerus," imbuh Syahril.
Bakal Diberikan Gratis
Dalam kesempatan sebelumnya, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menyebut, fomepizole akan diberikan secara gratis pada pasien gangguan ginjal akut misterius di Indonesia. Sempat juga ia menjelaskan, 1 vial fomepizole untuk 1 pasien harganya mencapai 16 juta.
"Obat barunya akan biaya kita. Nanti kita yang memberikan itu ke seluruh rumah sakit yang ada pasien bergejala ginjal akut ini," ungkap Menkes dalam siaran langsung Keterangan Pers Menteri Terkait Perkembangan Kasus Obat Gagal Ginjal Akut di YouTube Sekretariat Presiden, Senin (24/10/2022). (Detik)