JAKARTA (Kliik.id) - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) didampingi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menghadiri pertemuan KTT ASEAN Plus Three (APT). Dalam kesempatan itu, Jokowi bicara soal ancaman krisis dan solusi untuk menghadapinya.
Diketahui, KTT ASEAN Plus Three merupakan pertemuan antara pemimpin ASEAN ditambah dengan pemimpin RRC, Jepang, dan Republik Korea. Kerja sama APT sendiri telah dimulai sejak terjadinya krisis keuangan pada tahun 1997 dan dinilai menjadi jangkar resiliensi ekonomi di kawasan saat ini.
"APT-lah yang menyelamatkan kita dari krisis keuangan global 2008. Solidaritas dan kerja sama yang membuat ekonomi kawasan mampu bertahan. Sekarang kita kembali diuji dengan krisis global yang lebih dahsyat. Saya sangat percaya dengan spirit yang sama kita mampu menghadapi krisis saat ini," ucap Jokowi dalam keterangan tertulis, Sabtu (12/11/2022).
Lebih lanjut, Jokowi memaparkan tiga fokus utama yang harus disiapkan oleh APT yakni terkait dengan penanganan krisis pangan, resesi ekonomi, serta stabilitas keamanan dan perdamaian kawasan.
"Pertama, krisis pangan harus dihindari, mekanisme ketahanan pangan kawasan harus diperkuat, dan cadangan beras darurat APT harus ditingkatkan," jelasnya.
Jokowi menjelaskan upaya penguatan mekanisme ketahanan pangan, selain meningkatkan cadangan beras darurat APT yaitu dengan penggunaan teknologi produksi beras berkelanjutan serta keharusan integrasi kapasitas produksi dengan sistem logistik anggota APT untuk mengamankan rantai pasok dan stabilisasi harga beras.
Dalam pertemuan Dewan Masyarakat Ekonomi ASEAN sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan isu ketahanan pangan akan diangkat menjadi salah satu prioritas ekonomi pada masa Keketuaan Indonesia di ASEAN 2023.
Hal tersebut dilakukan guna bersiap menghadapi krisis pangan.
Terkait dengan langkah antisipasi resesi ekonomi, Jokowi mendorong sinergi antara perangkat finansial anggota APT. Khususnya melalui Chiang Mai Initiative Multilateralization.
Di samping itu, ia juga menekankan pentingnya penguatan infrastruktur keuangan nasional melalui koordinasi yang erat antar lembaga keuangan dan bank sentral, peningkatan mobilisasi sumber daya domestik, serta perlunya kecermatan dalam menjaga inflasi.
"Ketika ancaman krisis finansial, sinergi ini memungkinkan kita untuk peroleh early warning dan dukungan likuiditas," jelas Jokowi.
Dikatakan Jokowi, upaya menjaga stabilitas, keamanan dan perdamaian di kawasan mutlak diperlukan. Jokowi juga menekankan agar hukum internasional untuk selalu dihormati. Sementara itu, kompetisi juga harus dikelola dengan baik, sehingga tidak berubah menjadi konflik.
"Apabila kita mampu melakukan semua itu, saya yakin kawasan kita akan terus menjadi epicentrum of growth," pungkasnya. (Detik)