Foto ilustrasi. (detikcom) |
BMKG menjelaskan cuaca beberapa hari belakangan yang terjadi sesuai dengan prediksi pada 21 Desember lalu, yakni adanya empat fenomena yang memicu terjadinya cuaca ekstrem.
"Kenapa perlu kami keluarkan rilis karena sejak saat itu tanggal 21 Desember yang lalu, terdeteksi minimal ada empat fenomena di atmosfer atau fenomena yang menunjukkan sinyal menuju ke ekstrem yang terjadi bersamaan, saling menguatkan," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati saat jumpa pers, Selasa (27/12/2022).
"Untuk itu, kami sampaikan peringatan dini yang pertama 21 Desember yang lalu potensi cuaca ekstrem selama Natal dan tahun baru, hari ini 27 Desember kami evaluasi ternyata prediksi atau prakiraan tersebut konsisten atau sesuai dengan kejadian yang ada, dan bahkan sejak kemarin kami mendeteksi ada penambahan satu fenomena baru yang tentunya dapat berpengaruh pada dinamika cuaca yang ada di Indonesia," imbuhnya.
1. Curah Hujan Menguat hingga 2 Januari
Kepala BMKG Dwikorita mengatakan prediksi cuaca ekstrem akan terus terjadi hingga 2 Januari 2023. Adapun pemicu cuaca ekstrem itu adalah fenomena monsun Asia, fenomena seruak udara dingin, dan aliran lintas ekuator.
"Kondisi dinamika atmosfer di sekitar Indonesia masih berpotensi signifikan terhadap peningkatan curah hujan di beberapa wilayah dalam sepekan ke depan, jadi mulai hari ini hingga 2 Januari," jelasnya.
"Kondisi dinamika atmosfer yang dapat memicu peningkatan curah hujan tersebut antara lain masih sama dengan 21 Desember, namun intensitasnya semakin menguat, yaitu monsun Asia yang beberapa hari terakhir. Jadi monsun Asia ini disertai dengan adanya seruakan udara dingin yang berasal dari dataran tinggi Tibet di Asia, dan juga fenomena aliran lintas ekuator yang dapat meningkatkan pertumbuhan awan hujan secara lebih intensif karena tadi ada tiga fenomena ya, monsun Asia, seruak udara dingin, dan aliran lintas ekuator yang dapat meningkatkan pertumbuhan awan hujan secara lebih intensif di wilayah Indonesia bagian Barat, tengah, dan Selatan," sambungnya.
Dwikorita menjelaskan dampak dari munculnya seruakan udara dingin dapat meningkatkan curah hujan di wilayah Barat Indonesia apabila disertai dengan arus lintas ekuatorial.
"Mengindikasikan bahwa aliran masa udara dingin dari Utara yang masuk ke wilayah Indonesia melintasi ekuator, dampak seruakan udara dingin dari Asia yang disertai arus ekuatorial dapat berdampak secara langsung pada peningkatan curah hujan dan kecepatan angin di bagian Selatan ekuator," jelasnya.
2. Potensi Hujan Ekstrem di DKI dan 8 Daerah
BMKG sudah memprediksi terjadinya cuaca ekstrem di Indonesia hingga 2 Januari 2023 nanti. BMKG menyebut pertumbuhan awan hujan di Indonesia masih berpotensi menjadi ekstrem.
"Pertumbuhan awan hujan di Indonesia masih berpotensi untuk menjadi ekstrem dalam sepekan ke depan di wilayah Indonesia," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati.
Dwikorita mengatakan terdapat beberapa wilayah yang perlu bersiaga menghadapi hujan pada 27-28 Desember 2022. Beberapa di antaranya DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, dan Papua.
"Oleh karena itu, potensi cuaca yang perlu disiapkan disiagakan, kita perlu siaga untuk hari ini hingga besok 28 Desember adalah di Wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Bali Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Maluku, Papua, dan Papua Barat," tuturnya.
Selain itu, potensi hujan sangat lebat hingga ekstrem perlu diwaspadai di sejumlah wilayah pada periode 27 Desember 2022-2 Januari 2023. Potensi hujan sangat lebat ini terjadi di wilayah, Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
"Untuk potensi hujan dengan intensitas signifikan selama periode tanggal 27 Desember hingga 2 Januari, yang perlu diwaspadai potensi hujan lebat hingga sangat lebat, bahkan bisa berkembang ekstrem sampai 2 Januari," katanya.
Sementara itu, sebagian wilayah Aceh, Lampung, Kalimantan Selatan, hingga Maluku akan mengalami potensi hujan sedang. Menurut Dwikorita, potensi ini lebih ringan dari wilayah lain.
"Sedangkan potensi hujan sedang hingga lebat, jadi ini lebih rendah lagi intensitas sedang hingga lebat, dapat terjadi di sebagian wilayah Aceh, Bengkulu, Sumatera Barat, Lampung, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Tenggara, Papua Barat, dan Papua," imbuhnya.
3. 4 Fenomena Terjadi Bersama Picu Cuaca Ekstrem
BMKG mendeteksi adanya empat fenomena yang memicu terjadinya cuaca ekstrem selama Natal dan tahun baru. Empat fenomena itu menunjukkan sinyal cuaca ekstrem.
"Kenapa perlu kami keluarkan rilis karena sejak saat itu tanggal 21 Desember yang lalu terdeteksi minimal ada 4 fenomena di atmosfer atau fenomena yang menunjukkan sinyal menuju ke ekstrem yang terjadi bersamaan, saling menguatkan," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati.
Dwikorita mengatakan karena empat fenomena itu muncul, BMKG akhirnya membuat peringatan dini cuaca ekstrem selama Natal dan tahun baru.
Menurutnya, prediksi itu saat ini benar terjadi.
Adapun empat fenomena yang dimaksud Dwikorita adalah Monsun Asia, Seruak Udara Dingin yang berasal dari Dataran Tinggi Tibet, serta adanya Aliran Lintas Ekuator. Fenomena terakhir adalah adanya aktivitas gelombang atmosfer seperti Madden Julian Oscilation (MJO).
"Dan yang (fenomena) terakhir masih juga berlangsung, aktivitas Madden Julian Oscilation (MJO) yaitu pergerakan awan-awan hujan di Samudera Hindia melintasi ekuator Samudera Hindia dari arah Timur Afrika menuju ke Samudera Pasifik menyeberangi Kepulauan Indonesia, dari arah Barat bergerak ke tengah ke Timur sehingga berdampak ke bertambahnya awan-awan hujan," paparnya.
4. Potensi Cuaca Ekstrem Berhenti pada 5-10 Januari
Cuaca ekstrem diprediksi BMKG akan terus terjadi hingga 4 Januari 2023. Pada saat itu diprediksi cuaca masih terjadi di Jawa Barat hingga Sumatera.
"4 Januari mulai berkurang tapi masih tetap menutupi sebagian wilayah Sumatera dan laut Natuna dan juga wilayah Jawa Barat, Banten, masih dan juga wilayah Indonesia Selatan Jawa Timur sampai Nusa Tenggara sampai Laut Arafura," ujar Dwikorita.
Kepala BMKG Dwikorita memprediksi cuaca ekstrem akan berakhir pada 5 hingga 10 Januari 2023.
"Mulai mereda tanggal 5 hingga 10 Januari mulai berkurang, jadi ini gambaran sekilas kondisi cuaca akibat fenomena tadi ada monsun Asia, seruak udara dingin, dan aliran lintas ekuator," pungkasnya. (Detik)