Notification

×

Iklan

Saat Megawati Unjuk Kekuatannya yang Lebih Besar dari Jokowi

Kamis, 12 Januari 2023 | 12:02 WIB Last Updated 2023-01-12T17:11:18Z
Saat Megawati unjuk kekuatannya yang lebih besar dari Jokowi.

JAKARTA (Kliik.id) - 
Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri dinilai tengah unjuk kekuatan besarnya di hadapan Presiden Joko Widodo.

Ini tersirat dari pernyataan Megawati yang sengaja menyinggung jasa besar partai banteng buat Jokowi dalam acara Hari Ulang Tahun (HUT) ke-50 PDIP, Selasa (10/1/2023).

Lewat pernyataannya, Megawati seakan hendak menegaskan bahwa di internal PDIP, dialah yang paling berkuasa. Bahwa kekuatan presiden kelima RI itu melampaui seluruh elite partai, tak terkecuali Jokowi.

"Megawati ingin menunjukkan bahwa dirinya punya power yang lebih besar dibanding Jokowi," kata Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam kepada Kompas.com, Rabu (11/1/2023).

Pada saat yang sama, pernyataan Megawati seolah juga dimaksudkan sebagai peringatan agar Jokowi tak melupakan jasa-jasanya yang telah mengantarkan dia ke tampuk tertinggi kekuasaan.

Megawati seperti hendak mengultimatum Jokowi agar tidak melewati batas-batas kewenangan yang seharusnya dikendalikan Megawati sebagai pimpinan tertinggi PDIP.

Menurut Umam, kerasnya sentilan Megawati itu merupakan reaksi atas manuver politik Jokowi yang belakangan seolah hendak menggiring, tidak menghiraukan, atau melangkahi keputusan politik ketua umum partai.

Seperti diketahui, beberapa waktu terakhir Jokowi kerap bicara soal politik 2024. Bahkan, dalam sejumlah pidatonya, mantan Gubernur DKI Jakarta itu seakan menyelipkan kode dukungan ke kandidat capres tertentu.

Sampai-sampai, publik berspekulasi bahwa Jokowi mendukung pencapresan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.

Boleh jadi, gencarnya manuver politik Jokowi itu dinggap melewati batas oleh Megawati.

"Jika Jokowi bermanuver sendiri dengan membentuk poros koalisi yang konon ditujukan untuk menggiring keputusan PDIP, maka langkah itu dirasa offside secara politik oleh Megawati," ucap Umam.

Apalagi, Megawati telah berulang kali menegaskan bahwa keputusan terkait pencapresan PDIP merupakan hak preorgatifnya sebagai ketua umum.

Sementara, hingga kini putri Soekarno itu belum mengumumkan kandidat capres partai yang dia pimpin.

Dengan situasi demikian, menurut Umam, wajar jika Megawati gerah karena Jokowi asyik menggocek "bola" sendiri, tanpa mengumpankan ke PDIP.

"Karena itu, secara tidak langsung Megawati ingin mengingatkan Jokowi agar tidak neko-neko, jangan melawan keputusan, dan jangan mendikte sikap politik Mega," kata Umam.

Lebih lanjut, sentilan Megawati kembali menegaskan posisi Jokowi sebagai "petugas partai" di internal PDIP. Bahwa tugas yang Jokowi emban saat ini merupakan amanat dari partai, sehingga dia harus tunduk kepada pimpinan tertinggi yang tak lain adalah Megawati.

"Memang dalam cara pandang PDIP dan Megawati, posisi Jokowi sebagai presiden RI semata-mata merupakan bentuk penugasan dari partai. Karena itu, jauh-jauh hari, PDIP menegaskan bahwa Jokowi adalah petugas partai," tutur dosen Universitas Paramadina itu.

Sentilan Megawati

Adapun sentilan Megawati ke Jokowi disampaikan dalam pidatonya di HUT ke-50 PDIP yang digelar di Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa (10/1/2023).

Mengawali pidato, mula-mula Megawati bicara soal peran besar PDIP di pentas politik Tanah Air. Selama 50 tahun berkiprah, "partai wong cilik" tersebut telah melahirkan tokoh-tokoh besar.

Megawati lantas berkelakar, nasib Jokowi tidak akan sama seperti sekarang jika tak ada PDIP.

"Pak Jokowi itu kayak begitu lho, mentang-mentang. Lah iya, padahal Pak Jokowi kalau enggak ada PDI Perjuangan juga, aduh, kasihan dah," kata Megawati sambil tertawa.

Seloroh Megawati tersebut disambut tawa para tamu undangan, termasuk Jokowi yang duduk di barisan kursi tamu terdepan.

Megawati bilang, seandainya PDIP tak memberikan dukungan, maka Jokowi tidak akan jadi presiden seperti sekarang.

"Lho legal formal lho, beliau jadi presiden itu enggak ada kan ini, legal formal diikuti terus sama saya," ujarnya.

Isu penambahan masa jabatan presiden menjadi tiga periode juga sempat disinggung Megawati. Dia berkata, masa jabatan presiden harus dibatasi maksimal dua periode, sehebat apa pun presidennya.

"Lah kalau sudah dua kali ya maaf dua kali. Bukan Pak Jokowi enggak pintar. Ngapain saya jadiin kalau enggak pintar?" kata Megawati.

Di penghujung pidatonya, Mega sempat menekankan bahwa keputusan mengenai capres yang akan diusung oleh PDIP ada di tangannya sebagai pimpinan tertinggi partai.

"Enggak ada (pengumuman capres) ini urusan gue!" kata Megawati.

"Saya ketua umum terpilih di kongres partai sebagai institusi tertinggi partai, maka oleh kongres partai diberikanlah kepada ketua umum terpilih hak prerogratif untuk menentukan siapa yang akan dicalonkan," tuturnya. (Kompas)
×
Berita Terbaru Update