Dollar ke Rupiah (Foto: Google) |
Jakarta (KliikNews) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) semakin
melemah di perdagangan awal pekan di pembukaan bulan April, Senin (1/4), yang dipengaruhi
oleh kekhawatiran inflasi AS dan rilis data inflasi domestik.
Beberapa informasi nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS,
seperti Bloomberg, Senin (1/4), menyebutkan posisi rupiah melemah sekitar 0,24%
ke level Rp 15.857 per Dolar AS. Demikian pula, Rupiah di Jakarta Interbank
Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) berada di level Rp 15.909 per
dolar Amerika Serikat (AS) pada Senin (1/4), atau melemah 0,23% dari akhir
pekan lalu yang ada di Rp 15.873 per dolar AS.
Sementara dari data RTI, Senin (1/4/), dolar AS berada di
level Rp 15.892 siang ini atau menguat Rp 44 atau sebanyak 0,28%.
Dolar AS dibuka pada level Rp 15.848 dengan berada di level tertinggi Rp
15.913, atau hanya tinggal Rp 87 menuju Rp 16.000 dan berada di level terendah
Rp 15.845.
Sementara menurut Reuters, dolar AS berada di level Rp 15.897,27, atau menguat Rp 73,11 atau sebanyak 0,46%.
Dan menurut laman resminya, Bank BCA membeli dolar AS seharga Rp 15.902 dengan harga jual senilai Rp 15.922.
Dalam satu hari ini, Senin (1/4), dolar AS berada di level antara Rp 15.860,00 hingga Rp 15.915.Dan dalam 52 minggu terakhir, dolar AS berada di level antara Rp 14.560 hingga Rp 15.965.
Penutupan rupiah di Jisdor BI sejalan dengan rupiah spot di akhir perdagangan, Senin (1/4). Di pasar spot, rupiah ditutup pada level Rp 15.895 per dolar Amerika Serikat (AS) atau melemah 0,24% dari akhir pekan lalu yang berada di RP 15.857 per dolar AS.
Ada beberapa mata uang di Asia yang turut mengalami pelemahan terhadap dolar AS, namun Rupiah yang paling lemah, yakni 0,24%, lalu disusul won Korea 0,14%, yuan China 0,10%, pesso Filipina 0,10%, baht Thailand 0,04%, ringgit Malaysia 0,02% dan dolar Hong Kong 0,008% terhadap dolar AS.
Sedangkan mata uang Asia lainnya menguat terhadap dolar AS, seperti Dolar Taiwan menguat 0,05%, dolar Singapura menguat 0,05% dan yen Jepang menguat 0,007% terhadap dolar AS.
Sementara itu, indeks dolar yang mencerminkan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama dunia ada di 104,54, naik dari akhir pekan lalu yang ada di 104,48.
Menurut Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, rupiah terdepresiasi akibat dampak dari rilis data revisi Produk Domestik Bruto (PDB) Amerika Serikat pada kuartal IV-2023 dari 3,2% QoQ quarter on quarter (QoQ) menjadi 3,4% QoQ dan pernyataan dari Ketua The Fed, Jerome Powell, pada di Jumat (29/3) pekan lalu, yang memberikan sinyal bahwa Fed melihat proses disinflasi di Amerika cenderung melambat. Powell juga menyatakan bahwa the Fed tidak akan ragu untuk mempertahankan suku bunganya lebih lama, jika inflasi secara konsisten kembali menguat. Perubahan tersebut merefleksikan bahwa pertumbuhan ekonomi AS cenderung lebih kuat dari perkiraan sebelumnya.
Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menjelaskan bahwa Ketua Fed Jerome Powell memberikan pernyataan tentang inflasi terbaru AS sudah sejalan dengan apa yang diekspektasikan. Dengan demikian, pasar kini memperhitungkan peluang 68,5% dari penurunan suku bunga The Fed pada bulan Juni 2024, dibandingkan peluang 57% pada akhir pekan lalu.
Oleh karena itu, perhatian investor selanjutnya akan beralih ke data ketenagakerjaan AS bulan Maret yang melemah. Lemahnya data ketenagakerjaan tersebut, akan semakin meningkatkan peluang The Fed untuk memulai siklus pelonggaran kebijakannya mulai Juni 2024.
Dari faktor domestik, lanjut Ibrahim, rupiah dipengaruhi oleh rilis data inflasi Maret 2024 yang mencapai 0,52% secara bulanan (MtM) pada Senin (1/4). Angka tersebut relatif tinggi dibandingkan bulan sebelumnya dan tahun lalu, yang dipicu oleh kenaikan harga kebutuhan pokok, seperti beras, gula, daging ayam, telur ayam dan bawang putih, saat Ramadhan kali ini.
Selain faktor-faktor tersebut, Ibrahim juga menambahkan, bukan faktor inflasi saja yang memengaruhi pelemahan mata uang rupiah, namun banyak aliran modal asing keluar (capital outflow) yang terjadi dua pekan terakhir. Kondisi ini bersamaan dengan peristiwa gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK) terkait sengketa pilpres 2024. (kontan/detik)