Anggota Komisi 13 DPR RI Rapidin Simbolon meninjau lokasi rumah yang tanah sekelilingnya dikeruk orang lain. |
SAMOSIR (Kliik.id) - Peristiwa heboh menimpah satu keluarga yang tinggal di tepi Danau Toba, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara.
Peristiwa ini terjadi di Desa Unjur, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, Senin (21/1/2025).
Rumah itu ditinggali Darma Ambarita bersama istri Rentina Sihotang dan anak-anaknya.
Saat ini, sekeliling rumah mereka dikeruk orang lain hingga berbentuk parit.
Akibat rumah mereka yang dikelilingi lubang hasil pengerukan tanah, anak-anak mereka yang masih kecil terperangkap dalam ketakutan setiap hari.
Anggota Komisi 13 DPR RI yang membidangi Hak Asasi Manusia (HAM) dan (Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), Rapidin Simbolon merespon peristiwa tersebut.
Rapidin menyambangi keluarga tersebut di Desa Unjur, Kecamatan Simanindo, Rabu (29/1/2025).
Rapidin merasa miris melihat pengorekan tanah di sekeliling rumah Darma Ambarita. Menurutnya, tindakan itu telah melanggar HAM.
Ketua DPD PDIP Sumut ini mengatakan, pengorekan di sekeliling rumah korban itu dilakukan sepihak, sehingga diduga adanya rencana untuk mencelakakan orang.
"Ini telah melanggar Hak Asasi Manusia, karena sudah membuat orang terintimidasi dan juga anak-anak yang masih kecil sudah trauma melihat sekeliling rumahnya dikorek. Dari sosiologi mereka ini sudah tertekan batin," katanya.
Rapidin menyesalkan kinerja aparat penegak hukum, karena sebelumnya korban telah membuat laporan ke Polres Samosir, namun hingga saat ini belum ditanggapi.
"Karena secara hukum dan secara penguasaan belum ada hitam di atas putih terkait siapa yang memiliki lahan ini. Seharusnya Polres Samosir segera menangkap oknum yang mengorek sekeliling rumah ini," ujarnya.
Terkait hal ini, Rapidin akan segera mengadakan rapat dengar pendapat (RDP) di Gedung DPR RI.
"Setelah kunjungan ini, kami akan mengadakan rapat dengar pendapat dengan Komnas HAM, nanti akan saya ungkap. Dokumentasi seperti foto dan video itu akan saya sampaikan nanti di gedung DPR," katanya.
Istri Darma Ambarita, Rentina Sihotang sempat menceritakan kejadian ini.
Rentina menyebut kedua putri kecilnya kini hanya bisa merasakan ketakutan yang mendalam akibat kejadian tersebut.
Rumah mereka yang sebelumnya aman dan nyaman, kini bagaikan sebuah pulau kecil yang terkurung dalam parit, seperti dipenjara.
"Setiap kali anak-anak saya mendengar suara keras, mereka langsung menangis ketakutan. Mereka tak bisa tidur dengan tenang. Dulu mereka bisa bermain di halaman, tapi sekarang mereka hanya duduk di dalam rumah, menatap keluar dengan ketakutan, seperti ada sesuatu yang mengintai di balik parit itu," katanya.
Menurutnya, parit yang mengelilingi rumah akibat pengerukan tanah telah mengekang kebebasan mereka.
"Anak-anak takut keluar. Mereka takut rumah mereka runtuh, atau parit itu akan semakin dalam," jelasnya.
Tidak hanya mereka yang merasakan dampaknya, tetapi warga sekitar pun tergerak untuk memberikan perhatian lebih pada kondisi psikologis keluarga ini.
Rentina berharap anak-anaknya dapat kembali ceria seperti dulu.
"Saya hanya ingin mereka kembali bisa bermain, tertawa, merasa aman di rumah sendiri," katanya sambil meneteskan air mata. (Red)